Nafas gue terganggu karena ingus yang menumpuk kayak mobil-mobil yang kena macet di Jakarta. Bedanya ingus gue gak ada knalpotnya. Ingus gue membuat lobang idung gue jadi sering ganti shift dalam mengambil udara, Pagi sampai sore tugasnya lobang idung kanan. Sore sampai malem. tugasnya lobang idung kiri. Dari malem sampe pagi,gue gak nafas. Karena lobang idung gue keduanya ada ingusnya. Sejenak berpikir,daripada gue mati keingusan. Mending gue ke kamar mandi sebentar buat buang ingus gue ini. Sroooot... akhirnya mereka keluar. Gue bisa nafas di malam hari.
Selama 10 hari belakangan ini gue begitu terus. Siang nafas pake lobang idung kanan. Sore pake lubang idung kiri. Malem harus buang ingus. Gue mulai letih dengan ini. Gue mulai jenuh. Ini menyita waktu gue. *gaya lebay*. Gue udah minum obat flu. Tapi ingus ini belum kunjung pergi. Kata ibu gue dulu pas gue kecil. Kalo lagi pilek,jangan minum es atau semacamnya. Karena itu bisa bikin ingusnya tambah banyak. Gue yang masih kecil waktu itu,percaya. Padahal kalo gue pikir sekarang. Apa hubungannya es dengan ingus? Gak mungkin kan es yang dimakan tiba-tiba diubah jadi ingus oleh sistem pencernaan dan membuat idung gue jadi penuh dengannya. Itu absurd.
Ingus yang mampet ini membuat banyak kesulitan. Seperti waktu gue naik angkot. angkot yang tiap pagi gue naikin. Rata-rata penumpangnya perempuan. Makanya tiap pagi gue selalu merasa paling ganteng (setelah supir angkot). Di angkot,duduk di tengah-tengah perempuan. Membuat gue jadi kesulitan kalo mau benerin idung. Maksudnya benerin idung adalah ketika idung gue udah mampet di kedua lubang,gue harus ngelap idung atau membuat salah satu lubang idung gue jadi bisa menghisap udara lagi. Terkadang gue ngelap di baju atau lebih ekstrem terkadang gue lap ke dinding. Di tengah-tengah perempuan, gue gak bisa ngebenerin idung gue. Karena pertama gue malu. Yang kedua gue gak mau bikin mereka muntah. Karena muka gue yang cukup memprihatinkan ini lebih memprihatinkan lagi kalo sedang ngelap ingus di baju atau dinding angkot. Dari situ gue mulai berpikir agak keras buat menyelesaikan masalah ini.
Hari-hari berlalu. Shift kerja lobang idung gue berlaku seperti jadwal. Lobang idung kanan gue bekerja dengan baik menghisap udara. Tenang. Tapi seperempat perjalanan,tiba-tiba gue sesak. Lubang idung kanan gue mulai gak bekerja seperti biasanya. Sepertinya gue butuh donor lubang idung kanan. Suasana mulai parah ketika gue sadar gue lagi pake baju putih dan satu-satunya cowok (yang sebagai penumpang) di angkot itu. Gue mulai megap megap nafas pake mulut. Tapi itu gak nyaman. Ekspresi gue kayak peserta lari maraton Jakarta-Afrika. Kalo gue ngelap di baju pastinya akan membekas kuning kehijauan di baju gue. Daripada hal itu terjadi. Gue berpikir cara alternatif. Ini cara yang smart dalam menyelesaikan masalah ini. Gue menggunakan ilmu pelajaran "Ilmu Pengetahuan Alam" kelas 5 SD. Yaitu sistem pencernaan dan juga pernafasan. Gaya berpikir gue waktu di angkot itu kayak Einstein yang lulus remedial fisika quantum. Setelah menemukan teorinya gue berteriak "Eureeekkaaa". Tapi dalem hati. Kayak sinetron drama malem hari gitu.
Teori ini merupakan teori esensial menurut gue. Karena bisa menghilangkan ingus dengan cara diam-diam,aman dan tidak membuat orang di sekitar kita jijik. Gue yakin banget. Menggabungkan sistem pencernaan dan pernafasan. Gue menciptakan teori baru. Ini dia caranya :
1. Persiapkan hidung. Kondisikan hidung dalam keadaan siap untuk melakukan teori ini.
Perhatikan telunjuknya. |
Perhatikan hidungnya. |
Jangan perhatikan apa pun. |
Perhatikan ekspresinya.. |
Oke. Itulah teori yang gue temukan. Saat di angkot gue mencobanya pertama kali. Sempet keselek awalnya. Tapi belakangan ini gue udah nemu teknik dan tekanan hisap yang pas agar tidak terjadi keselek. Teori gue mempunyai dasar yang kuat. Mungkin gue akan mendapatkan nobel tahun depan. Karena telah menolong ribuan orang yang megap-megap karena kesulitan bernafas menjadi lega. Teori ini bernama "make your nose better,but your stomach sick".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Garing kan? Yuk, kata - katain si penjual krispi biar dia males nulis garing lagi. Silahkan isi di kolom komentar.