Sudah hari kedelepan sejak pertama kali gue menulis lagi di
blog ini. Ini bukanlah niat gue secara tulus tapi karena ada pompaan semangat
yang disebut tantangan menulis 30 hari atau dalam hal ini namanya #30DWC (30 Days
Writing Challenge).
Program ini gue ketahui dari rekan kerja gue. Namanya Pak
Hasan. Waktu itu gue dan Pak Hasan sedang bersiap-siap menuju acara gathering
perusahaan tempat kami bekerja. Acara itu diselenggarakan di jogja. Sambil
menunggu taksi online untuk menuju bandara, gue melihat Pak Hasan sedang
mengetik di laptopnya. Tampaknya sedang serius sekali. Dan melihat itu, gue
jadi inget blog gue yang….. setahun gak gue tulis apa-apa. Kalau blog gue bisa
nyanyi, pasti dia nyanyi lagu bang toyib. Kenapa gak nulis-nulis.
Karena gue penasaran apa yang sedang ditulis Pak Hasan. Gue
akhirnya bertanya.
“Nulis blog pak?”
“Iya nih. Lagi ikutan tantangan menulis tiga puluh hari
saya.”
Mendengar itu, gue makin penasaran.
“Oh ya? Gimana ikutnya itu pak?”
“Ada di instagram. Ini akunnya.”
Lalu Pak Hasan menunjukan layar smartphone-nya yang menampilkan akun 30DWC.
“Wah, jadi nanti tiap hari tulisannya ditentukan temanya
pak?”
“Ada, tapi nanti di minggu terakhir. Awal-awal mah bebas.”
Gue mengangguk tanda mengerti.
Tahu akan info tentang adanya tantangan tiga puluh hari
menulis ini, gue jadi teringat dulu juga pernah ikut tantangan menulis tiap
hari yang diadakan komunitas blogger. Tapi itu sudah lama sekali. Komunitas
bloggernya pun entah apa kabarnya sekarang.
Tapi sepertinya tantangan ini berbeda. Setelah kepo membaca
informasi di akun instagram 30DWC gue jadi tahu kalau tantangan ini bukan hanya
sekedar tantangan menulis lalu tanpa pengawasan, seperti tantangan yang
sebelumnya gue ikuti.
“Pak ini kalau misalnya sehari gak nulis di Drop Out?”
“Enggak, maksimal tiga hari. Tapi juga tetep harus bayar
utang tulisan.”
“Oh gitu.” Kata gue singkat tanda mengerti.
Mulai dari situ, gue mulai follow akun instagram 30DWC dan
menunggu kapan dimulai lagi tantangannya. Dan sekitar sepuluh hari lalu lah gue
tahu kalau tantangan jilid 12 telah dimulai.
Akhirnya gue daftar, dan mulai menulis lagi sejak sekian
lama tidak menulis. Tadinya sudah lumayan luwes dalam memilih kata dalam
tulisan. Sekarang jadi agak kaku. Benar kata pepatah, malu bertanya sesat di
jalan. Eh salah, maksudnya bisa karena biasa.
Sudah dua hari ini kerjaan kantor dan tugas kuliah gue menyibukan
sekali. Akhirnya gue hanya bisa menulis dengan seadanya tanpa koreksi lagi. Gue
juga jadi jarang mengecek grup “Empire 30DWC” maupun grup “Squad” gue. Oleh
karena itu, gue jadi ketinggalan info kalau kemarin dan hari ini ada feedback
empire.
Sebelumnya gue sudah pernah mendapatkan feedback, tapi dari
grup “Fiksi 30DWC” disana tulisan hari pertama, kedua, dan ketiga gue
dikomentari oleh Kak Rizka. Katanya penulisan gue termasuk gaya menulis yang
ringan. Yang kurang dari penulisan cerita gue adalah penokohan.
Ya gue juga merasakan hal itu. Menguatkan penokohan tentu
perlu beberapa adegan atau narasi yang lebih dalam menceritakan suatu tokoh.
Tokoh utama maupun tokoh sampingan. Disitulah karena gue setelah menulis
langsung di post tanpa koreksi lagi.
Jadilah cerita yang penokohannya masih mentah. Tokoh utama cerita gue masih
belum jelas apa tujuannya. Begitu juga tentang watak tokoh-tokoh yang di
sekitar tokoh utama. Gue hanya nyebutin nama, penampakannya, udah. Itu sangat
kurang sekali sih. Feedback dari grup ini sangat menolong gue.
Lalu hari ini dan kemarin ada “Feedback Empire”. Itu adalah
ketika tulisan kita hari sebelumnya (dalam hal ini hari ke 6) dikomentari oleh
seluruh anggota empire. Pembagian komentarnya per-Squad.
Karena gak ngecek grup dari semalam. Jadilah tadi pagi gue
baru ngecek dan, banyak mention nama gue. “Wah ada apa ini, kok pada mention,
perasaan gue gak punya utang. (kirain ditagih utang)".
Ternyata mention-mention di grup Whatsapp itu adalah feedback dari anggota lain tentang tulisan gue.
Feedbacknya pun beragam.
Ada yang suka dengan penulisan gue. Ada yang nangkep jokes krispi gue. Tapi juga ada yang
bilang jokes gue gak jelas dan gak
bisa dimengerti. Ya, emang iya sih. Gue juga suka gak ngerti sama lawakan gue
(ketawa jahat).
Yang dikomentari adalah tulisan hari keenam gue. Yang mana
tulisan ini gue rasa adalah tulisan yang paling kurang diantara tulisan
lainnya. Gue masih inget tulisan ini gue tulis saat di kantor, diantara
selingan pekerjaan. Hasilnya tulisan gue lebih mentah dari sebelumnya. Cerpen
yang harusnya konkrit malah jadi seperti orang bercerita langsung tanpa
penggambaran yang lengkap.
Sungguh feedback yang gue terima tadi pagi sangat syahdu.
Setelah membaca feedback dari anggota 30DWC lainnya gue langsung.
“Ah iya bener.”
Dan dari feedback-feedback itu gue merasa sangat perlu
belajar, menulis, dan memperkaya bacaan lagi.
Secara garis besar feedbacknya adalah mengenai kesalahan aturan
penulisan, jokes kurang dimengerti,
istilah-istilah dalam cerita yang belum dijelaskan pada paragraf sebelumnya,
pemilihan diksi yang kurang tepat, ending yang tidak jelas, penokohan yang
kurang, dan yang parah ada yang baca berulang kali gak nangkep maksud
ceritanya.
Tapi syukurlah gak ada yang komentar.
“Ini yang nulis mukanya sebelah mana ya? Kok rambut semua?”
Syukurlah tidak ada.
Hari ini hari ke delapan. Postingan ini adalah tulisan yang
akan gue post sebagai tulisan hari ke delapan gue.
Mau tau kenapa?
Hari ini gue gak sempet lanjutin cerita “Bukan Kisah Putih
Abu”, jadi ya, nulis curhat gini aja deh.
Salam Krispi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Garing kan? Yuk, kata - katain si penjual krispi biar dia males nulis garing lagi. Silahkan isi di kolom komentar.