Selain diberi tugas aneh-aneh dan dibentak-bentak. Pada MOS ini
prasa-prasi juga diajari cara bernyanyi. Tepatnya bernyanyi lagu “hymne analis”.
Sebuah lagu yang legendaris yang menggambarkan tentang sebuah janji profesi
analis kimia terhadap negri ini. Liriknya cukup romantis. Pertama kali denger
gue terharu dan hampir menumpahkan air mata. Cuma akhirnya gak gue tumpahin
karena males ngelapnya.
Kata salah satu kakak panitia kesenian. Lagu ini adalah lagu yang akan
kita nyanyikan waktu pelantikan pertama kali menjadi siswa sekolah kimia. Lagu
ini pula yang akan menghantarkan kita menjadi analis kimia jika kita wisuda
nanti. Mantap betul. Tapi apa gue bisa sampe wisuda?
Semakin mendekati hari kelima, latihan paduan suara semakin ditambah
jamnya. Hal ini dikarenakan hari kelima adalah hari pelantikan siswa baru.
Semua prasa-prasi harus sudah dapat bernyanyi dengan baik. Membuat pendengarnya
kagum dan merinding mendengar pecah suara yang begitu memukau. Bukan merinding
tiba-tiba melihat penampakan diatas panggung (bukan gue ya.)
Pembagian suara dilakukan di waktu hari pertama. Inget kan? Yang waktu
itu tiba-tiba disuruh baris. Kirain ada apaan.
Gue kebagian suara Bass. Suara ini memiliki karakteristik seperti Bass
(yaiyalah). Maksudnya ya termasuk jenis suara yang laki-laki banget. Gue
bersyukur berarti akil baligh telah mengubah suara gue dengan sukses menjadi
suara lelaki. Karena dulu pas SD suara gue seperti tante-tante cepirit.
Seperti yang gue bilang, suara bass ini adalah suara yang laki banget. Jadi
isi ruangan latihan suara bass kebanyakan adalah laki-laki. Cuma ada beberapa
perempuan (yang sedikit berjakun).
Gue bukanlah ahli dalam menyanyi. Kalau boleh jujur, gue jarang banget
bernyanyi meski itu di kamar mandi. Kan banyak ya, orang yang suka nyanyi di
kamar mandi. Kalau gue sih engga, soalnya takut keselek sabun.
Pengalaman nyanyi gue cuman waktu ujian praktek seni budaya di SMP dulu.
Disuruh nyanyi lagu mars sekolah. Mana lagunya gak familiar dan nadanya belok
belok. Jadilah setelah nyanyi gue dikasih komentar sama gurunya.
“Kamu kalau nyanyi, coba mulutnya digerakin. Suara kamu kayak suara
kentut ditahan.”
Komentar itu sangat mengena di hati gue. Mulai saat itu gue kalau kentut
gak pernah ditahan. (Salah ambil makna).
Gue bersyukur di MOS ini ada acara latihan menyanyi, gue jadi sedikit
banyak tahu bagaimana cara menyanyi yang benar.
“Bernyanyi itu menggunakan nafas perut ya.” Kata seorang panitia
kesenian di ruangan bass.
Gue tadinya mau nanya.
“Bukannya manusia nafas pakai paru-paru ya kak?”
Tapi gue urungkan karena gak mau cari keributan di ruang kesenian yang
damai ini.
Gue menyebut begitu, karena momen berlatih nyanyi bagaikan momen dimana
narapidana diberi amnesti atau betul-betul keluar dari penjara. Yang dalam hal
ini penjaranya adalah “ruang penyiksaan” yang didalamnya terdapat lima orang
panitia acara yang kalau bicara selalu dengan nada tinggi. Padahal kalau
terlalu tinggi kan nanti bisa jatuh.
Ekspresi wajah prasa-prasi ketika mendengar Co. panitia acara bilang.
“Silahkan semua berbaris rapi, menuju ruang latihan paduan suara”
Seperti baru saja diberikan sebuah hadiah yang amat luar biasa. Mendung yang
menyelimuti wajahnya langsung sirna tergantikan cerah yang berbinar.
Bernyanyi ternyata memakai nafas perut. Agar nafas kita panjang dan
suara yang dihasilkan bulat.
Nah ini yang awalnya gue belum tahu. Pada uji coba bernyanyi pertama. Kelompok
suara bass masih kurang bulat suaranya kata kakak panitia. Maksudnya kurang
bulat adalah ketika suara yang dihasilkan terlalu cempreng dan kurang nge-bass.
Gimana ya jelasinnya, pokoknya bulat gitu, kayak penyanyi seriosa. Kalau
suaranya gak bulat namanya penyanyi bercandasa (ngasal).
Hari keempat, hari ini gue sudah sedikit terbiasa dalam bernyanyi sesuai
kaidah yang benar. Suara gue udah mendingan, gak seperti kentut yang ditahan
lagi, tapi lebih ke kentut yang keluar lepas.
Begitu pun teman-teman sekelompok gue di suara bass. Rata-rata suaranya
sudah lumayan mantap. Kecuali beberapa orang yang perlu bimbingan khusus dalam
menentukan nada bass yang benar.
“Hari ini kita latihan bersama empat suara di ruang bawah ya.” Kata
kakak panitia kesenian di bagian suara bass.
Ini berarti kelompok suara bass, tenor, sopran, dan alto akan berkumpul
di suatu ruangan. Lalu akan bernyanyi lagu hymne analis secara bersama dengan pembagian
empat suara. Apabila berhasil, maka akan dihasilkan harmoni suara yang luar
biasa bikin merinding.
Maka turunlah gue dan kelompok bass lainnya beserta kaka panitia juga ke
ruangan besar di lantai bawah.
Dari ruangan lain datang juga kelompok-kelompok suara yang lain, seperti
alto, tenor, dan sopran.
Sampailah gue dan prasa-prasi lainnya di sebuah ruangan yang cukup besar. Ukurannya mirip "ruan penyiksaan" yaitu ukuran dua kelas yang dijadikan satu. Jendela-jendela kacanya pun sama ditutup dengan koran. Entah mengapa, apa mungkin ini salah satu desain terbaru dari sebuah jendela, jadi jendela bisa menjadi tempat membaca juga.
Saat pertama kali gue masuk ke ruangan itu, di dalamnya sudah ada beberapa orang panitia kesenian. Ketika semua kelompok suara sudah berada di dalam. Ruangan ini berubah menjadi sangat panas. Tentu ini karena ruangan itu tidak disertai kipas dan ventilasi udara yang kecil. Ditambah lagi, banyaknya orang, membuat kita sama-sama berebut oksigen.
Dimulailah latihan bersama. Dirijen mengayunkan tangannya tanda bernyanyi akan dimulai. Lalui setiap kelompok bernyanyi dengan nadanya masing-masing.
Saat pertama kali gue masuk ke ruangan itu, di dalamnya sudah ada beberapa orang panitia kesenian. Ketika semua kelompok suara sudah berada di dalam. Ruangan ini berubah menjadi sangat panas. Tentu ini karena ruangan itu tidak disertai kipas dan ventilasi udara yang kecil. Ditambah lagi, banyaknya orang, membuat kita sama-sama berebut oksigen.
Dimulailah latihan bersama. Dirijen mengayunkan tangannya tanda bernyanyi akan dimulai. Lalui setiap kelompok bernyanyi dengan nadanya masing-masing.
Berulang kali nyanyian dihentikan karena ada beberapa prasa-prasi yang
terbawa nadanya. Maksudnya nadanya jadi ikutan kelompok lain dan tidak sesuai
dengan suara kelompoknya, karena barisannya sebelahan, terkecoh nada adalah hal
yang lumrah bagi orang yang baru belajar nyanyi paduan suara.
“Ayo, jangan sampai lupa nadanya, inget loh ini H-1, besok kalian tampil
di depan orang tua kalian. Ayo bikin mereka bangga.” Kata kakak Co. kesenian sambil
berdiri di depan bersama dirijen angkatan.
Kita semua bersorak kompak bilang "iya."
Ini karena kita semua pastinya ingin mempersembahkan nyanyian terbaik di depan orang tua pada acara pelantikan besok. Dan kalau boleh gue pengen guru kesenian SMP gue dateng. Gue mau buktiin suara gue udah gak kayak kentut ditahan. Tapi kayak kentut keluar air.
Kita semua bersorak kompak bilang "iya."
Ini karena kita semua pastinya ingin mempersembahkan nyanyian terbaik di depan orang tua pada acara pelantikan besok. Dan kalau boleh gue pengen guru kesenian SMP gue dateng. Gue mau buktiin suara gue udah gak kayak kentut ditahan. Tapi kayak kentut keluar air.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Garing kan? Yuk, kata - katain si penjual krispi biar dia males nulis garing lagi. Silahkan isi di kolom komentar.