Aku tidak tahu bagaimana awalnya tetapi tiba-tiba aku sudah ada di sebuah planet yang dapat ku pastikan ini bukan bumi. Karena sedari tadi, sambil aku melarikan diri dari alien-alien itu, aku melihat kanan-kiri, dan tidak menjumpai ada pohon satu pun.
Aku sedang berlari, kabur dari alien yang menyerangku tiba-tiba saat aku ada di sebuah kapal luar angkasa yang sebagian sudah hancur. Mungkin karena tabrakan dengan atmosfer planet ini.
"Ayo bangkit, berbaliklah, kalahkan dia." kata suara yang terdengar dari langit planet itu.
Entah itu suara siapa. Setelah aku sadar ada di sebuah kapal luar angkasa, yang ku sadari berikutnya adalah aku hanya sendirian di planet ini.
"Mana bisa? aku tidak bawa senjata!" kata ku berteriak ke arah langit.
"Bangkit saja, kobarkan tekadmu, dan enyahkan dia!" kata suara itu semakin keras.
Aku tetap berlari tidak menghiraukan suara dari langit itu. Tidak ada sedikit niatku untuk berbalik badan dan melawan alien-alien besar yang jaraknya semakin dekat denganku. Ditambah lagi karena gravitasi planet ini lebih besar dari bumi, aku perlu usaha lebih untuk menggerakan kakiku agar bisa berlari.
Sampai aku menjumpai sebuah bukit besar yang berarti aku harus berlari menanjak. Maka lariku bertambah pelan sampai akhirnya alien-alien itu sudah sangat dekat sekali denganku. Tinggal sepuluh atau lima belas detik sampai akhirnya alien-alien itu berhasil menyemburkan gasnya kepadaku. Tapi suara di langit itu berkumandang lagi.
"Bangkit lah! jangan berlari! lawan dia!"
Lima belas detik berlalu sampai akhirnya alien-alien itu tepat berada di belakangku. Aku sudah pasrah dengan apa yang akan terjadi. Gas-gas alien itu disemburkan dan kini menyelimuti tubuhku. Alien ini bernama Rasama Laz, aku baca di buku yang ada di kapal luar angkasa yang hancur tadi. Kini tubuhku tidak bisa bergerak. Maka sempurnalah gas alien Rasama Laz itu membuat tubuhku mematung.
Kini aku sudah bersiap pada takdir berikutnya. Alien-alien Rasama Laz itu mulai membuka mulutnya lebar-lebar. Mereka mengerumuniku seperti semut sedang ramai mengerumuni gula. Aku menahan nafasku karena mencium bau mulutnya yang lebih bau dari selokan kotor. Aku sudah di depan mulut alien-alien Rasama Laz. Lima atau sepuluh detik lagi, aku akan jadi makanan mereka.
"Bangkit! lawan! jangan menyerah!" kata suara di langit lebih kencang dari sebelumnya.
Aku tidak menjawab karena aku rasa aku tidak bisa melakukan apa-apa.
Sampai aku melihat dari kejauhan terlihat siluet tiga orang seperti manusia yang berlari mendekat ke arahku. Mereka berlari sangat cepat seperti tidak terpengaruh dengan gravitasi planet ini yang amat kuat.
Sebentar saja mereka sudah ada di dekat kerumunan alien Rasama Laz yang sedang mengerumuni tubuhku yang tidak bisa bergerak. Lalu sayup-sayup aku dengar salah satu dari mereka berkata.
"Bangkitlah! jangan diam saja! Ini waktumu untuk bangkit!" suaranya persis sama dengan suara yang menggema di langit tadi. Aku rasa dialah orangnya yang berbicara dari kejauhan.
Orang yang kedua tiba-tiba mengeluarkan sebuah pistol besar. Yang kemudian pistol itu menembakan cairan yang aku tidak tahu itu cairan apa. Yang jelas dengan cairan itu, beberapa alien Rasama Laz mulai menjauh dariku. Satu, dua, tiga pergi menjauh, hingga akhirnya hanya tinggal satu alien yang menerkam tubuhku yang kaku.
Orang kedua itu tetap terus menembakan cairan dari pistolnya tanpa henti. Tapi alien ini tetap tidak mau pergi juga. Orang yang pertama hanya teriak-teriak saja dengan kata bangkit yang aku tidak mengerti apa efeknya.
Semenit kejadian itu berlangsung, alien ini tidak juga melepaskan terkamannya dari tubuhku. Tembakan cairan orang kedua itu tidak membuat alien ini lari, hanya saja jadi tidak bisa memakanku karena tiap kali aku ingin dimasukan ke mulutnya, cairan itu mengenainya dan membuatnya kaget.
Kini orang ketiga itu mulai beraksi, dia tiba-tiba membuka telapak tangannya ke arahku dan alien itu. Lalu keluarlah cahaya yang sangat terang sekali dari tangannya. Entah apa yang dia lakukan. Yang pasti alien itu perlahan mulai melepaskan terkamannya dari tubuhku.
Lalu diikuti cahaya yang semakin terang. Tembakan cairan dari pistol orang kedua juga makin membesar dan semakin deras. Begitupun teriakan orang pertama.
"Bangkit! Bangkit! Bangkiiiiiiiit!" katanya semakin kencang sampai telingaku sakit.
Usaha maksimal tiga orang yang entah siapa ini berhasil. Alien Rasama Laz itu melepaskan terkamannya dan lari menjauh. Dibarengi dengan bergeraknya kembali tubuhku, dan berhentinya tembakan cairan dari pistol orang kedua.
Tapi tidak dengan orang ketiga yang cahayanya justru semakin terang dan orang pertama teriakannya semakin jelas di telingaku. Lalu cahaya itu semakin terang dan terang. Hingga akhirnya aku melihat sosok siluet hitam besar tepat di depan mataku.
"Bangun!" kata siluet hitam itu.
Aku mengusap mataku, dan kemudian siluet hitam itu semakin terlihat seperti seseorang.
"Bangun Toni! udah pagi! itu liat matahari udah cerah banget. Ini udah disiram-siram pake air juga belum bangun juga. Alarm kamu udah bunyi dari satu jam lalu!" kata seseorang itu yang ternyata itu adalah Ibuku.
Aku baru sadar yang tadi adalah mimpi dan usahaku untuk bangkit dari kasur di minggu pagi.
"Iya mak, Toni habis jadi astronot dari planet kasurium!" kataku sambil mencoba duduk diatas kasurku yang basah karena semprotan air dari ibu.
Lalu ibuku menatapku heran.
"Lah, bocah ngapa yak" katanya singkat sambil kemudian menyuruhku mandi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Garing kan? Yuk, kata - katain si penjual krispi biar dia males nulis garing lagi. Silahkan isi di kolom komentar.