Pagi hari tiba. Gue tau karena ayam jago banyak berkokok di
sekitar kamar gue. Kamar gue deket jendela yang mengarah ke samping perkarangan
mess. Makanya suara ayam terdengar seperti di pinggir telinga gue.Paruh ayam kayak masuk ke lubang kuping gue #lebay
Pagi ini beda, gue udah gak sendirian di mess. Gue udah
punya tetangga mess. Dua orang jawa asal klaten. Namanya Hendrawan dan Dani.
Yang satu rambutnya rapih, yang satu lagi kayak bola sepak. Pagi itu gue jadi
inget malam sebelumnya gue tidur di mess sendirian. Gak bisa tidur karena
tersugesti kebon di belakang kamar gue. Akhirnya gue dengerin radio pake
hedset. Ketiduran sampe pagi, dengan keadaan hedset masih di kuping. Seharian
kuping gue jadi rada pending dalam pendengaran.
Gue keluar kamar. Bersiap mandi. Di luar udah ada dua mas klaten ditemani satpam. Bukan mau mandi. Karena gak mungkin mereka mandi bertiga, kecuali memang hobi mereka agak anti mainstream. Gue melihat mas jawa yang rambutnya rapih berpakaian siap kerja dan membawa koper. Berbeda dengan mas jawa yang kepalanya sepi dari rambut. Dia masih pakai celana pendek dan kaos singlet.
“loh mas, mau kemana masih subuh?” gue nanya
“Saya pagi ini harus ke tangerang mas, saya PKL bagian maintenance di sana” kata mas yang
rapih.
Ouh men, kejadian lalu hampir terulang. Orang yang datang
hanya menginap sehari lalu pergi ke pabrik di tangerang. Akankah gue jadi
sebatang kara lagi di mess ini? (narasi mirip sinetron akhir pekan)
“Kalau masnya (yang botak ini) pergi ke tangerang juga?”
“Enggak mas, saya PKL disini bagian IT”.
Horaay, mendengar itu kegelisahan gue hilang. Ucapan mas
jawa yang rambutnya kayak kue moci itu menyejukan hati gue. Rambutnya yang
botak nampak gondrong dan gimbal di mata gue sekarang.
“Oh gitu, bagus deh mas. Jadi nanti pagi berangkat kan?”
“Iya mas, bareng ya..”
“Oke mas..”
Si mas rapih pergi menggunakan mobil kantor ke Tangerang.
Diantar satpam,gue, dan mas Gundul sampai masuk mobil. Pagi itu mungkin berat
bagi mas Gundul, karena mas Rapih adalah teman seperantauannya ke Jakarta untuk
pertama kali. Tapi mas Rapih harus pergi ke tempat yang berbeda. Gue bisa liat
mata mas Gundul yang agak berkaca – kaca dan basah. Dan tentunya masih berbelek
karena dia belum sempat cuci muka.
Sudah jam tujuh, gue udah siap berangkat ke kantor. Begitu
juga mas Gundul, atau sebaiknya kita sebut saja MG.
“Ayo mas berangkat..”
“Ayo, sebentar mas saya mau kunci kamar dulu.”
Setelah MG siap. Kita berdua berangkat ke kantor. Dengan
jalan kaki tentunya. Karena jarak kantor dan mess begitu dekat. Lagipula, kita
gak punya elang atau naga buat dinaikin. Sepanjang perjalanan gue berbincang
dengan MG. Gue jadi tau beberapa hal. MG berasal dari sekolah kejuruan di
bidang teknik komputer dan sedang memasuki tahun terakhir. Jadi dia
melaksanakan PKL di perusahaan. Sama kayak gue dulu pas di SMAKBo. Bedanya, gue
gak sampai merantau jauh. Jarak tempat PKL dan rumah gue bisa ditempuh cuma
sekitar lima belas menit. Sedangkan MG sangat jauh dari rumahnya. Sebenernya bisa sih
lima belas menit dari rumah dia di Klaten ke kantor di Jakarta, tapi naik
apollo. Gue juga tahu kalau MG begitu dekat dengan orang tuanya. Dia bilang
“kemarin saya telponan sama ibu saya, ngabarin kalau sudah
sampai di Jakarta. Sedih mas. Saya ngerasa jauh. Hampir nangis saya.”
Gue mendengarkan sambil nyiapin tisu. Siap – siap kalau dia
nangis beneran dan air matanya nyiprat ke muka gue. Karena asiknya ngobrol,
tidak terasa kita sudah di depan gerbang kantor.
Salam Crispy ^^
Salam Crispy ^^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Garing kan? Yuk, kata - katain si penjual krispi biar dia males nulis garing lagi. Silahkan isi di kolom komentar.