Hari itu tiba, gue bangun dengan semangat. Hari pertama gue
kerja di perusahaan itu. Si mas – mas
Jawa udah bangun duluan. Karena dia harus ke Tangerang pagi – pagi.
Setelah mandi dan sarapan, gue berangkat ke kantor. Ternyata
jarak mess gue ke kantor deket banget. Kepleset ingus juga nyampe. Ingus
gorilla. Sesampainya di kantor gue diberi tanda “visitor” karena gue masih
tergolong asing di perusahaan tersebut. Petugas keamanan mengantisipasi jikalau
gue ternyata alien planet pluto, gue bisa ditembak kapan saja.
Gue nunggu di ruang tunggu pengunjung. Katanya nanti senior
gue bakal nyamperin. Di ruang tunggu juga banyak yang menunggu, kebanyakan sih
cewek. Wajar sih, ini kan perusahaan kosmetik. Akhirnya ruang tunggu berubah menjadi
ruang “hangat”.#IYKWIM
Ada seorang cewek yang ngajak ngobrol gue, mungkin dia
boring nunggu dan kalau dia ngajak ngobrol cewek takutnya topiknya gak jauh
dari korea, sinetron, dan sale akhir tahun. Makanya dia memulai obrolan dengan
gue.
“nunggu juga mas?”
“Iya mba” *dalam hati "bukan mba, lagi iseng aja duduk sambil nafas”
“Dari mana mas?”
“Dari Bogor, mbak nya?”
“Sama, dari IPB. Tau IPB?”
“Tau mba. Deket sekolahan saya yang dulu.”
“Oh kirain gak tahu..”
Mbak ini mengira kalau gue di Bogor hanya sekolah, lalu
pulang tanpa melihat hal - hal sekitar. Tragis sekali.
Hari pertama gue berjalan mulus. Belum banyak kerjaan.
Kebanyakan gue cuma baca buku tentang desain yang ada di ruangan.
Tepat pukul lima, gue akhirnya pulang ke mess. Sore itu
sejuk banget. Padahal Jakarta seharusnya pengap. Katanya, upil orang Jakarta
lebih banyak dari orang yang tinggal di pedesaan. Karena bulu hidungnya banyak
menyaring kotoran dari udara yang gak bersih. Tapi hari ini enggak. Syukurlah,
berarti upil gue juga gak terlalu banyak hari ini.
Sampai di mess, gue masuk ke kamar, lagi – lagi gue sendiri.
(mungkin saat itu back soundnya adalah Masak Sendiri by Caca Handika). Gue cuma
bisa tiduran, maenin laptop, tiduran diatas laptop. Itu doang. Terkadang cuma
nonton anime seharian. Setelah itu tidur. Boring hidup gue.
Sampai sekitar tiga hari gue sendirian. Untungnya gak ada
penculik yang masuk mess gue. (siapa juga mau nyulik lu han, yang ada rugi).
Ada dua orang datang. Dari Klaten. Yang satu rambutnya khas anak pelajar
(rapih), yang satu lagi kepalanya mirip cilok, kalo basah, mirip lolipop abis
diemut. Dua – duanya diantarkan pak satpam mess gue masuk ke dalam mess.
“Nih han, akhirnya kamu ada temen”. Perkataan pak satpam
menggambarkan gue tidak punya temen seumur hidup.
Tanpa diberi aba – aba. Gue berjabat tangan dengan kedua
penghuni baru mess itu.
“Farhan” sambil menjabat tangan, gue sebut nama gue. Dengan
intonasi suara di keren – kerenkan, biar mirip bruce wayne.
“Dani mas,” yang rambutnya rapih
“Hendrawan mas..” yang mirip gundu.
Mereka gue tunjukin kamar. Awalnya gue tawarin untuk sekamar
sama gue. Karena kamar gue luas dan cukup untuk tiga orang. Tapi mereka bilang
:
“Enggak mas, nanti ganggu masnya, saya sering nelpon
keluarga mas. Lagian juga kamar kosongnya masih banyak”
Alasannya logis sih. Akhirnya gue tunjukan kamar di dekat
toilet ruang depan.
“Disini mas kamarnya..” kata gue
“Makasih mas”
“Iya sama sama mas.”
Yang trjadi disini adalah, gue manggil dia mas, dia manggil gue mas. Suasana berubah
seperti perkumpulan tukang ketoprak yang sedang reunian.
Gue kembali ke kamar gue. Sambil bersyukur, kalau ternyata
gue gak sendirian lagi.
Salam Crispy ^^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Garing kan? Yuk, kata - katain si penjual krispi biar dia males nulis garing lagi. Silahkan isi di kolom komentar.