3 Apr 2018

Taktik Si Kenari #30DWC #Rindu

Satu-satunya yang ia amati selama satu jam di siang ini hanyalah sangkar biru miliknya. Sangkar yang baru ditempatinya selama dua hari sudah cukup membuatnya stress, ia ingin kembali ke tempat yang dapat membuat dirinya terbang bebas bersama kawanannya. Tidak seperti saat ini, yang dia bisa lakukan hanyalah melompat saja di dalam sangkar biru yang terbuat dari besi.

"Hey anak baru, sudahlah jangan stress, nikmati saja sangkarmu, makanan akan datang tiap hari, minuman tidak akan kosong, hidupmu terjamin, yang perlu kau lakukan hanyalah bersiul!" kata seekor burung Jalak dari dalam sangkar yang ada di sebelah sangkar ia. Sangkarnya lebih besar karena burung Jalak ini pun badannya lebih besar. Sepertinya burung jalak ini sudah lama jadi burung koleksi Pak Somad. Seorang pengkoleksi burung yang terkenal di daerah kota.

"Aku tidak stress, hanya sedang menyusun strategi bagaimana agar aku bisa kabur dari sangkar ini, dan pulang menemui kawananku." kata seekor burung baru di sangkar biru itu. 

Ia adalah seekor burung kenari berwarna kuning, memiliki jambul berwarna abu-abu dan paruhnya yang tumpul sedari tadi menyembul keluar dari celah sarangnya. Ia adalah burung kenari liar sampai seekor pemburu menangkapnya, menjualnya ke tukang burung di sebuah pasar hewan, dan dibeli oleh Pak Somad. 

"Kau tidak bisa kabur, Pak Somad akan selalu memperhatikanmu, dan kita. Kita semua akan selalu di sayang oleh Pak Somad." Kata si Jalak sambil tersenyum.

Perkataan Jalak itu tidak di dengar oleh Kenari. Pikirannya terbang melayang tinggi sekali, berbanding terbalik dengan keadaannya di dalam sangkar kecil yang membuatnya tidak bisa terbang.

Pikirannya kembali pada masa disaat ia dapat terbang bersama kawanannya di hutan yang hijau. Tidak ada batas yang menghalanginya untuk mengepakkan sayap dan melesat terbang, terkadang sesekali bertengger di dahan besar dan bernyanyi merdu bersama burung kenari lainnya.

Mengingat kenangan bersama kawanannya itu membuat Kenari menjadi semakin bulat tekadnya untuk dapat kabur dari sangkar yang ada di halaman rumah Pak Somad ini. Ia tidak mau berakhir menjadi burung peliharaan yang walaupun semua kebutuhannya tercukupi, tetapi kebahagiaan bersama keluarga dan kawan adalah hal lain yang tidak bisa didapatkan didalam sangkar sekecil itu.

Ketika sedang terus mencari celah di sangkarnya untuk kabur, Kenari melihat sebuah sangkar yang ukurannya lebih besar di bawah lantai dalam keadaan setengah hancur. 

"Itu bekas sangkar siapa? Kenapa sampai hancur begitu?" tanyanya kepada burung yang paling dekat dengan sangkarnya, si Jalak.

"Itu bekas sangkar Parkit. Itu hancur karena sangkar itu diterkam kucing liar yang sedang lapar. Sehingga jatuh kelantai dan hancurlah sebagian rangka tiangnya." jawab Jalak.

"Si Parkit mati dimakan kucing itu?"

"Beruntungnya tidak, setelah sangkar itu jatuh, Pak Somad langsung mengusir kucing itu, dan Parkit yang sudah bertengger di dinding rumah Pak Somad, langsung di selamatkan dan dimasukan ke sangkar lain" 

"Diselamatkan? kalau aku sih lebih baik dimakan kucing daripada hidup di sangkar begini." 

"Katakanlah itu pada Parkit yang ada di sangkar sebelah kananmu." kata Jalak sambil menunjuk sebuah sangkar yang ada di sebelah sangkar kenari. Sebuah sangkar besi berwarna coklat, seukuran sama dengan sangkar milik Kenari.

Lalu kenari melihat ke sebelah kanannya. Melihat seekor burung Parkit biru bertengger di dahan buatan di dalam sangkar itu. Kejadian sangkar jatuh karena kucing membuatnya terpikirkan ide untuk kabur. 

Ia mencari cara agar sangkarnya dapat diterkam oleh kucing liar, dan jatuh agar sangkarnya rusak dan dia dapat kabur. Itu yang terjadi atau dia benar-benar dimakan oleh kucing liar. Tapi keduanya adalah baik menurut Kenari daripada hidup sebagai peliharaan dalam sangkar yang kecil.

Kenari pun bertanya kepada Parkit bagaimana bisa sangkarnya waktu itu di terkam oleh kucing. Ternyata itu karena ia sering bersiul kencang saat pagi, saat dimana kucing sering berkeliaran di dekat rumah Pak Somad. Karena tidak tahu hal itu, siulan Parkit justru menarik perhatian kucing liar dan diterkamlah sangkarnya pada suatu pagi.

Mendengar itu Kenari langsung melatih siulan terbaik dan ternyaringnya. Dan mulai siang itu. Ia rajin bersiul, dan siulannya semakin nyaring apabila ada kucing liar lewat.

Sehari, dua hari. Tidak ada kucing liar yang tertarik dengan siulannya dan datang menerkamnya. Malahan Pak Somad yang tertarik sambil berkata

"Tidak salah aku beli burung ini, siulannya mantap." katanya dengan tatapan bangga.

Walau tak kunjung berhasil memikat kucing liar untuk menerkam sangkarnya, tapi Kenari tidak menyerah. Keinginannya untuk pulang bertemu keluarga dan kawanannya menjadi bahan bakar siulannya tiap pagi tanpa lelah.

Sampai suatu pagi, siulan Kenari mulai berbuah hasil. Ada seekor kucing liar berwarna hitam mendekat ke halaman rumah Pak Somad. Pelan-pelan dengan posisi berburu ala kucing. Kucing itu mulai menatap sangkar Kenari dan berusaha menerkamnya.

Jalak melihatnya dan memberitahu kepada Kenari.

"Ada kucing liar yang akan menerkammu, cepat melompat ke atas dan kebawah beri tanda Pak Somad untuk menolongmu!" 

Sambil tersenyum Kenari berkata.

"Penolongku telah datang."

Kemudian kucing itu melompat tinggi dan menggapai sangkar kenari. Lalu jatuhlah sangkar itu ke bawah dan rusak sebelah rangka tiangnya. Kenari yang tadinya tenang, mulai panik karena cakar dan taring kucing itu sangat dekat dengannya sekarang. Sayapnya bisa saja sobek karena terkena tajamnya cakar itu. 

Disaat yang genting, tepat sekali Pak Somad keluar rumah sambil membawa sapu ijuk. Berusaha mengusir kucing liar itu, dan kaburlah kucing itu sekali hentakan sapu ijuk ke arahnya. 

Kenari dalam keadaan kosong sekarang. Sudah banyak celah pada sangkarnya karena rangka-rangkanya rusak. Ia kini bersiap mengepakan sayap kecilnya untuk terbang melesat tinggi. 

Tatapan Pak Somad kini melihat ke arah Kenari di bawah yang sudah siap untuk kabur. Melihat hal itu, Pak Somad kemudian berusaha untuk menangkap kenari dan memindahkannya ke sangkar yang lain.

Kenari tidak mau kalah cepat, ia memejamkan matanya dan melebarkan sayapnya yang kecil dan mengepakkannya, tanpa pikir panjang lagi, ia berusaha terbang, dan terbang melewati tangan Pak Somad yang hendak menangkapnya.

"Eh, kok kabur." Kata Pak Somad kaget.

Kenari membuka matanya sambil tidak menghentikan kepakan sayapnya. Seperti mimpi, kini kenari sudah ada di atas rumah Pak Somad. Tinggi sekali sampai ukuran sangkar si Jalak tidak lebih besar dari sayap kanannya. Dari kejauhan ia melihat senyum takjub si Jalak dan Parkit melihat ia berhasil kabur. Dan senyum itu juga berarti salam perpisahan mereka.

Siang itu Kenari berhasil bebas dari sangkar kecilnya. Kini ia hendak menuju tempat keluarga dan kawanannya. Dimana dia bisa terbang dan bersiul bersama. Kemudian membayar lunas rasa ingin bertemu yang sudah lama ia pendam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Garing kan? Yuk, kata - katain si penjual krispi biar dia males nulis garing lagi. Silahkan isi di kolom komentar.

Penikmat Crispy

Pemakan Crispy

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...