14 Nov 2013

Waterbender Story = "Membawa Payung"



     Hari ini berlangsung seperti biasa. Gue bangun dari tidur gue. Mandi,solat Subuh,dan nunggu jam 7 sambil nonton Infotainment. Setelah itu gue berangkat ke tempat gue magang. Selain kebiasaan itu yang terulang. Ada juga hal yang terulang selama gue magang. Tentang cuaca. Belakangan ini gue kalo pulang dari magang selalu ditemenin sama hujan. Hujan begitu setia nemenin gue. Tapi sayangnya hujan gak tahan lama. Cuma deres di awal makin lama makin reda. Semoga gue gak nemuin cinta yang seperti hujan. *Lho? kok jadi curhat?.
    
     Gue bukannya mau curhat ala anak gaul yang kalo ngumpul selalu bergaya bicara sok-sok bule. Namun karena cuaca hujan yang begitu setia ini. Gue harus melakukan hal yang gue kurang atau bisa dibilang gak suka. Yaitu membawa payung. Dari kecil gue selalu bermasalah dengan payung. Pernah saat gue kecil waktu mau pergi ke pengajian dan gue membawa payung. Gue bingung cara memakai payung yang sesuai standar. Membawa payung itu ribet karena harus dipegang. Gue jadi gak ngerasa bebas. Makannya waktu kecil kalo disuruh bawa payung. Gue lebih memilih menutup payungnya dan lari biar gak keujanan. Tapi secepat apa pun gue lari. Gue tetep basah.
     Hari ini gue membawa payung ke tempat magang. Walaupun paginya gak hujan. Bagai peramal gue bisa tahu kalo ntar sore bakal hujan. Dan bener. Sore ini hujan lagi. Deres juga. Payung ini pun jadi berguna. Tapi hal yang lama kembali terjadi. Gue merasa ribet kalo memakai payung. Payung gue jenis payung lipet yang bisa jadi kecil kalo dilipet *yaiyalah. Saat membukanya agar menjadi besar dan bisa menutupi badan gue agar gak kehujanan aja susah. Terkadang lipatan kedua payung itu malah ke bawah. Kalo sedang berusaha ngebuka payung,gue tampak seperti orang yang baru pertama kali megan payung. Butuh usaha lebih dan kerja yang lebih keras untuk membuka setangkai payung.
     Setelah payung selesai dipakai atau waktu gue mau naik angkot (Gak mungkin gue naik angkot pakai payung,karena di angkot gak hujan). Gue harus nutup atau lipet payung itu. Itu pun juga ribet menurut gue. Gue harus melipetnya dengan rapih. Sesekali saking ribetnya gue berpikiran, melipet origami membentuk tapir lebih mudah daripada melipet payung kampret ini. Setelah payung terlipat. Masih aja ada yang bikin gue ribet. Yaitu karena basah. Karena payungnya basah. Gue gak mungkin masukin ke tas. Karena nanti payungnya bisa kering (sementara itu tas dan buku-buku gue basah). Untuk mempermudah payung itu gue taruh bawah angkot. Hasilnya payung gue sukses dinjak-injak penumpang yang mau turun.
     Hari ini walaupun gue membawa payung. Kadar kebasahan gue hanya berkurang 2,01% dan itu berarti hanya ketek gue yang gak basah. Karena kebetulan gue pakai deodorant yang selalu setia. Sampai di rumah gue tetap basah. Payung gue kotor terinjak penumpang angkot. Tapi untung harga diri ini tidak terinjak.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Garing kan? Yuk, kata - katain si penjual krispi biar dia males nulis garing lagi. Silahkan isi di kolom komentar.

Penikmat Crispy

Pemakan Crispy

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...