4 Nov 2013

Waterbending Yang di Pending

     Hari ini gue baru mau memulai hari gue sebagai pe-PKL. Oke gue tau imbuhan yang sangat freak.  Maksud gue hari ini gue harusnya mulai PKL di perusahaan air di deket rumah gue. Di Cibinong. Gue bangun pagi-pagi tadi pagi. Karena kalo gue bangun siang nanti jadi siang-siang (?). Gue gak mau telat di hari pertama gue PKL. Karena gak keren aja gitu. Kesan pertamanya udah bikin kesel. Gue pribadi gak suka sama kata "terlambat". Kalo soal janjian,gue selalu tepat waktu. Malah kecepetan. Misalnya janjian jam 7. Gue sudah ada di tempat jam setengah 6. Gue emang selalu bego tepat waktu. Dari kebiasaan itu gue ngerasain kalo jadi orang yang menunggu itu gak enak. Makanya di hari pertama gue PKL ini. Gue gak mau bikin si "dia" menunggu (dia : Kepala Lab).
    
     Gue PKL bersama dua teman gue yang lain. Yang satu namanya Ninda (disamarkan). Dan Andin (disamarkan). Mereka berdua perempuan. Gue serasa jadi karakter harem di anime-anime gitu. Gue janjian dengan mereka jam setengah 8 pagi di depan kantor perusahaan air itu. Seperti biasa,gue tiba pertama kali di depan perusahaan. Ya,gue emang bego selalu tepat waktu.
     Gue menunggu di depan perusahaan air itu dengan sabar. Gue melihat dari kejauhan. Satpam perusahaan tersebut memperhatikan gue dengan gaya aneh. Mungkin di dalam hatinya bilang "Ngapain nih perampok. Masa mau ngerampok di perusahaan air? Mau kembung?". Muka gue emang kayak perampok. Perampok hati kamu #eaaa. Maaf alay *benerin kerah*.
     Akhirnya Andin dateng. Dia dateng dari belakang gue. Gue dan dia berbincang tentang PKL. Tentang apa yang kira-kira bakal terjadi hari ini. Gue menambahkan kalo kita akan menganalisis kadar klorin dan bla.. bla.. blaa.. Gue ngobrol dengan Andin di depan perusahaan air tersebut. Akhirnya Ninda datang. Dia diantar naik motor oleh Bapaknya. Akhirnya kita berkumpul. Kita sama-sama ambil posisi. Kita langsung berubah jadi power ranger. Gue warna "pink". Becanda.
     Setelah berkumpul,kita gak langsung masuk ke perusahaan itu. Gue dan Andin mengulangi pembicaraan yang tadi gue lakuin dengan Ninda. Karena kasihan Ninda kalo gak dikasih tau. Nanti dia merasa dikucilkan dan akhirnya kita gak solid *asik*. Saat berbincang soal apa saja yang harus dibawa. Ninda tiba-tiba panik. "Eh.. gue gak bawa sepatu lab nih. Gimana dong?". Semua terkejut *ala sinetron*. Andin memberi saran untuk menelpon seseorang di rumah. Ternyata kata Ninda,sepatu labnya ketinggalan di rumah saudaranya. Di Bogor. Akhirnya gue sok bijak. "Udah,gak bakal praktek hari ini. Kan baru hari pertama.". Gaya gue udah kayak mario teguh yang tiba-tiba gondrong. Akhirnya Ninda tenang.
     Setelah Ninda tenang. Kami bertiga masuk ke perusahaan. Di sambut oleh Satpam perusahaan tersebut. Gayanya keren. Kayak security. Padahal kan dia satpam. Dia yang tadi mungkin menganggap gue perampok. Setelah gue tunjukin surat PKL dari sekolah. Dia langsung sopan. "Oh iya mas. masuk saja menuju resepsionis". Asik deh. Mungkin kalo ini kejadian perampokan beneran,bakalan freak deh. Misal, Si perampok ngasih surat "Pengantar Perampokan" ke satpam. Lalu satpam bilang " Oke mas,silahkan langsung merampok saja di resepsionis". Totally Freak.
     Gue dan dua temen gue menuju resepsionis. Disana kita memberi surat itu lagi. Lalu datanglah sesosok lelaki yang memakai baju biru. Gue belum tau namanya. Sebut saja Rudi. Dia membaca surat itu. Dia bilang ada syarat yang belum lengkap. Yaitu surat balasan dari perusahaan yang tertulis. Gue emang sempet baca surat pengantar itu. Isinya cuma bedasarkan percakapan di telpon. Gue panik saat itu. Gue sebagai satunya laki-laki mulai berargumen. "Emm pak,tapi kita cuma disuruh bawa surat ini aja.. gak ada surat lain ". Tapi argumen gue gak berefek. Kami bertiga mulai... Panik. Atau gue doang.
     Percakapan kami dengan bapak Rudi berakhir dengan kami keluar dari lobby perusahaan. Kami tidak langsung pulang. Gue masih berharap dan menunggu. Seperti cewek yang berharap diajak balikan mantannya. Atau seperti lubang kancing yang ingin dimasukin kancing (?). Setelah menunggu sekitar 20 menit. Atau setengah jam kurang 10 menit. Tiba-tiba kita kembali dipanggil pak Rudi lagi. "Emm oke nanti kamis kesini lagi yaa. Saya akan bikin suratnya". Ucapan pak Rudi tadi seperti embun di gurun pasir. Seperti tukang es dawet yang menghilangkan dahaga gue saat siang bolong. Seperti tukang es sekoteng saat gue kedingingan di malam hari. Di samping pak Rudi terdapat Seorang wanita. Ibu-ibu,yang ternyata dia lah yang mengijinkan kami PKL disitu. Sepertinya dia sudah mengenal beberapa dari guru kami. Kami akhirnya tenang. Terutama gue.
     Gue dan dua temen gue akhirnya pulang ke rumah. Gak jadi PKL hari ini. Gue dan temen gue akan kembali hari Kamis. Semoga gak harkos. Semoga ~

Kalo PKL mungkin gue akan seperti ini :

http://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/archive/d/d5/20121114142613!Aang_Waterbending.jpg
Gue pengendali air (Waterbender)

1 komentar:

Garing kan? Yuk, kata - katain si penjual krispi biar dia males nulis garing lagi. Silahkan isi di kolom komentar.

Penikmat Crispy

Pemakan Crispy

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...