28 Des 2013

(Hampir) Jadi Anak Bandel

     Waktu SMP gue bisa dibilang anak paling keren. Paling keren diantara siswa cupu maksudnya. Tapi gue termasuk orang yang cukup standar kalo lagi nongkrong bareng. Kalau pelajaran kosong
biasanya gue dan teman-teman gue berkumpul di tempat yang kita namakan DPR (Dibawah Pohon Rindang). DPR letaknya dekat lapangan basket dan dekat sekali dengan lingkungan kelas. Walaupun cuaca sepanas apapun. Di DPR tetap adem dan menyejukan. Otak yang terasa panas akibat pelajaran jadi adem. Saking ademnya sampai otak gue beku dan gak encer lagi. Di DPR juga dapat dijadikan tempat berbincang berbagai persoalan. Ada yang suka game. Mereka ngomongin soal game. Ada yang suka band rock metal. Mereka membicarakan tentang gitar listrik baru mereka. Ada yang suka sendiri. Akhirnya dia ngomong sendiri. Karakter manusia yang bermacam-macam itu berkumpul di DPR.
     Jadwal rutin gue ngumpul di DPR yaitu waktu jam istirahat. Sekitar pukul 10.00. Biasanya gue dateng bersama temen sebangku gue, Dheo. Biasanya gue dan Dheo makan nasi uduk dulu baru berkumpul di DPR. Di DPR sudah banyak anak yang berkumpul. Nampaknya tempat kosong udah gak ada lagi buat duduk. Tapi gue dan Dheo tetap kesana. Disana banyak anak bassist. Anak bassist adalah anak yang suka bertempur (baca : tawuran). Bukan pemain bass dalam suatu band. Anak bassist biasanya berkumpul membicarakan strategi perang melawan sekolah sebelah atau tekhnik “cabut” terbaru yang efektif. Gue pernah denger ucapan orang “kita boleh bandel,tapi gak boleh bodoh”. Mungkin ini yang mereka praktekan. Mereka bandel. Tapi tidak ada satupun dari mereka yang pernah tinggal kelas.
     Gue dan Dheo mengarah ke DPR. Mencoba duduk di pinggiran. Sedangkan anak bassist di tengah-tengah. Dheo sendiri orang yang bergaul dengan siapa saja. Jadi dia cukup akrab dengan anak-anak bassist . Berbeda dengan gue. Gue agak canggung kalau berbicara dengan mereka. Takut ujung-ujung pembicaraannya “Lu mau ikut tawuran gak?”. Gue pasti gengsi bilang engga. Tapi gue sangat gak bisa berkelahi tanpa maksud yang jelas. Membela sekolah ? sekolah kan bidang pendidikan. Bukan militer atau premanisme (mulai seperti orang yang bener). Saking bingung dan takutnya gue ditanya begitu sama anak bassist gue sampai pernah mau bilang “Emm bentar ya. Gue belum lulus pelatihan tawuran tanpa luka.”. Gue yakin itu jawaban yang cerdas.
     Dheo asyik ikutan mengobrol dengan anak bassist. Sedangkan gue hanya duduk dan senyum liar. Tiba-tiba ada yang dateng dari belakang gue.

     “Hoy han !” (sambil memegang pundak gue)

     “Heey.. zaldi.”

     “Yoi.. Lu sering nongkrong di DPR juga? Lu kan gak bisa tawuran?”

     “Yeh emang yang duduk disini cuma orang yang bisa tawuran apa..”

     “Engga sih. Haha lu masih inget B2C gak?”

     “Emm masih..”

     “ Haha kapan ngumpul lagi yaaa..”

     Akibat pembicaraan gue dengan Zaldi. Gue jadi inget kalo gue pernah (hampir) jadi anak bandel. Percakapan yang tadi itu waktu gue kelas 3 SMP. Dan yang dimaksud Zaldi B2C yaitu geng gue waktu kelas 1 SMP. Mendengar kata “geng” seolah gue dan anak B2C lainnya sangar. Tapi kesangaran kami sangat jauh dari standard.
     Berawal dari kelas 1 SMP atau kelas 7 gue yang dipimpin oleh seorang ketua kelas yang diktator (untuk ukuran anak kelas 1 SMP sih). Karena ketua kelas gue lebih memilih mengurusi pacarnya daripada kelas.  Pejabat kelas pun begitu. Semua lebih mementingkan asmara. Terkadang saat guru gak masuk. Ketua kelas malah lebih memilih mojok di belakang kelas bersama pacarnya yang sekelas juga. Padahal ada tugas yang harus diambil di guru piket. Semua aparatur kelas pun juga sedang asyik dengan pacar atau gebetannya di kelas juga.
     Melihat kelas yang sudah tidak dapat dikatakan berdaulat lagi. Zaldi,seorang anak berambut seperti jengger ayam mulai gerah. Namun dia tidak membuka baju dan celananya. Yang dia lakukan adalah membuat gerakan separatis untuk meruntuhkan kekuasaan ketua kelas dan aparatnya. Dia mengumpulkan orang-orang yang (jauh dari kata) sangar. Dia mulai memilih orang-orang.
     Pertama dia memilih Fachril. Pilihan dia cukup tepat. Fachril memiliki wajah yang cukup dewasa. Mungkin jika ada anak TK yang lewat depan Fachril. Mereka akan sungkem. Fachril juga memiliki tinggi dan besar badan melebihi rata-rata. Waktu itu gue Cuma seketek dia. Sehingga kalau gue lagi baris upacara sebaris dengan dia gue mencium aroma menyengat.
     Kedua dia memilih Arel. Arel tidak semencolok Fachril. Dia lebih keliatan biasa. Misterius. Diam-diam namun tetap bergerak pasti. Arel bergaya cool dan mempunyai wajah yang sulit ditebak. Mungkin di B2C Arel lebih cocok jadi intelejen. Dia jago menyamar dan sulit ditebak.
   Ketiga sekaligus keempat dia memilih Mega. Mega itu laki-laki. Tapi karena dia gemuk. Dia mempunyai badan yang sedikit semok. Potongan rambutnya selalu “botak”. Badannya yang gemuk dijadikan Zaldi sebagai divisi pertahan karena mirip benteng.
     Keempat dia memlih Kholif. Kholif berpenampilan seperti Arel namun lebih misterius. Dia bisa senang dan marah kapan saja. Gue juga agak ngeri. Tapi Kholif anak yang baik. Gue bisa menilai begitu karena dia pernah minjemin gue uang gopek.
     Terakhir zaldi memilih gue. Pilihan yang cukup salah. Karena dari nama geng yang akan di bentuk adalah B2C. Kependekan dari “Bad Boys Community”. Kesan anggotanya harus bisa berkelahi. Sedangkan gue terakhir kali berkelahi waktu TK. Gue menang. Tapi gue disorakin seluruh ibu-ibu karena yang gue pukul adalah anak dari ketua arisan. Awalnya gue gak mau bergabung dengan B2C. Tapi Zaldi menyemangati gue. Matanya tajam. Setajam pensil yang baru diraut.

     “Han,ayo ikut B2C dan kita turunkan kepemimpinan ketua kelas yang sukanya pacaran itu..”

     “Ya tapi kan gue gak bisa berantem. “

     “Yaudah ntar kita latihan”

     

 
Kira-kira gue dulu (hampir) seperti ini

     Entah kenapa mendengar kata “latihan” yang diucapkan Zaldi aga freak. Gue pikir semudah itu latihan berkelahi. Mukul seseorang yang gak dikenal dijalan. Langsung berantem. Terus diakhir berantem kita bilang “makasih ya mas udah mau nemenin saya latihan berantem.”. Itu jauh dari logika. Lebih deket ke Lo gila?
     Tapi karena terus dibujuk. Gue ikut masuk menjadi anggota B2C. Ruang kosong di sebelah kelas dijadikan basecamp B2C dan tempat mengatur strategi pemberontakan. Zaldi selalu memimpin. Membuat strategi dan mengabarkan aktifitas terbaru dari aparatur kelas yang mulai menyimpang. Semua asyik berbincang sementara gue lebih ke mendengarkan. Gaya omongan Zaldi sangat identik dengan “Ipank” yang ada film “Realita Cinta dan Rock n Roll”. Dia suka banget sama akting Vino G. Bastian menjadi “Ipank”. Menurut dia, Ipank merupakan siswa nakal yang ideal yang harus dijadikan panutan. Seperti berkelahi,berjalan hanya pake boxer,dan merokok. Tapi satu-satunya yang sudah Zaldi lakukan hanyalah berjalan hanya pake boxer. Tapi dia ingin menjadi anak yang nakal seperti Ipank. Entah kenapa.

     Di akhir pembicaraan di ruang berkumpul di suatu siang yang terik.

     “Hoy main ke rumah gue yuk besok..” Ajak Zaldi

     “ Hmm.. Ayo aja.” Jawab Fachril singkat

     “(mengangguk)” Arel hanya memberi isyarat menandakan “iya”.

     “Oke.. Makanannya banyakin yee..” Ujar Mega sambil makan ciki.

     “Setuju. Kita bikin strategi buat si ketua kelas hancur sehancurnya..” ucap Kholip garang..

     “Emm,oke gue ikut...” Gue jawab dengan yakin.

     Karena semuanya ikut,gue pun ikut. Gue juga mulai asyik dengan perkumpulan ini. Pandangan gue dan pandangan mereka sama. Kelas gue perlu dirubah. Perlu ada pemimpin baru yang memimpin.
     Keesokan harinya. Rencana pergi ke rumah Zaldi pun dimulai. Gue dan anggota B2C lainnya pergi bersama. Sementara Zaldi menunggu di rumahnya. Karena kami (agak)  kekurangan uang. Kami jalan kaki. Perjalanan menempuh jarak yang lumayan jauh. Sekitar 5 kilometer. Tapi jadi tidak terasa karena sepanjang perjalanan kami asyik berbincang.
     Setelah menempuh jarak yang cukup jauh dan melelahkan. Akhirnya gue dan B2C sampai di rumah Zaldi. Karena saking lelahnya gue sampai keringetan,Kholip sampai terhela nafasnya,Mega sampai betisnya mirip talas Bogor. Zaldi menyambut hangat dari dalam rumah. Ternyata rumahnya sedang keadaan kosong. Tidak ada orang tuanya. Hanya Zaldi.

     “Ayo masuk.. selow gak ada siapa-siapa.” Kata Zaldi sambil membukakan pintu gerbang.

     Gue dan teman gue masuk ke rumah Zaldi. Semua langsung duduk di sofa tanpa dipersilahkan. Antara capek dan kurang ajar memang beda tipis. Zaldi memberikan kami minum dan memperlakukan tamu seperti seharusnya. Setelah itu kita kembali berbicara tentang ketua kelas yang tidak layak menjadi ketua kelas itu. Kita kembali menyusun strategi untuk pemberontakan. Di akhir pembicaraan,Zaldi mulai memunculkan ide ambisi untuk menjadi nakal lagi.

     “Bro.. Ngerokok yuk.”

Semua hening. Kita semua memang belum pernah ngerokok waktu itu. Apalagi gue yang makan permen karet aja masih ketelen. Dulu SD gue juga pernah ditawarin rokok sama temen-temen yang salah gaul. Tapi untungnya malaikat gue lebih kuat dari setan. Atau mungkin setannya belum belajar menjadi penggoda yang benar. Akhirnya gue gak kepengaruh.

     “Emm engga deh.. ngapain..” kata Arel singkat.

     “Ya kan kita biar kayak anak bandel brohh” Zaldi membela.

Zaldi memang mau jadi Ipank banget. Dilain waktu saat anak-anak B2C lagi jalan bareng di suatu komplek perumahan dan ada anak SMP lain yang lagi lewat juga (bergerombol). Tiba-tiba saat berpapasan Zaldi langsung melihat mereka dengan sinis dan seperti layaknya anak gaul mengajak berkelahi dia selalu teriak 

“Ape lo ? Apee? Ha? APEEEE???” 

Ngajak ribut tapi logatnya seperti orang nelpon yang hilang sinyal. Untungnya kita gak jadi berantem karena kebetulan ada satpam komplek yang lewat. Padahal gue udah siap-siap lepas ikat pinggang (biar longgar aja sih).
     Zaldi masih dengan keinginannya tadi. Dia ingin merokok. Namun yang lain masih dengan keinginannya juga. Gak mau ngerokok. Gue bingung apa enaknya sih ngerokok. Enakan juga permen kojek. Beberapa waktu berselang,tiba-tiba ada yang mengetuk pintu.

     “tok.. tok.. tok.. Assalamualaikum”

     “Siapa tuh di?” Fachril bertanya.

     Ketika pintu dibuka. Nampaklah perempuan berpakaian rapi. Dia ibunya Zaldi.

     “Lho? Pada main ya.. Zaldi kok makanannya gak dikeluarin semua?”

Saat mendengar ibu Zaldi ngomong gitu, Mega melirik Zaldi. Tanda dia masih lapar. Zaldi tahu kalau dia mengeluarkan seluruh makanannya. Maka makanan itu akan habis dalam waktu kurang dari enam puluh detik.
     Zaldi mempunyai ibu seorang dosen sastra Jepang di universitas negeri tersohor. Gue kaget dia memiliki anak yang ingin menjadi “bandel”. Entah mungkin Zaldi memang ingin dibilang gaul atau ini memang pengaruh film yang di tontonnya. Tapi gue sering menemukan anak-anak yang kayak Zaldi. Mereka ingin dibilang gaul. Dan malah salah gaul pada akhirnya. Untungnya Zaldi masih dikontrol oleh ibunya yang seorang dosen. Seperti perkataan ibunya yang sangat bertolak belakang dengan perkataannya yaitu 

“Kalian jangan coba-coba merokok ya.. itu gak baik..”. 

Saat kami dinasehati seperti itu. Gue melirik wajah Zaldi. Seperti ada pertentangan yang terlukis di wajahnya.

14 komentar:

  1. wah keren nih, udah kayak cerpen aja nih:D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih sudah berkunjung ya ^^ iya emang kayak cerpen gitu.. hehe

      Hapus
  2. haha bagus han cuma sayang fontnya kekecilan :D

    BalasHapus
  3. Keren nih ceritanya, kalo sekolah itu emang gak jauh-jauh dari geng

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih ^^ Iyap bener banget tuh.. pernah nge-geng juga gak ? hehe

      Hapus
  4. Fontnya kurang men, dibuntingin lagi dong muehehe.

    Yang namanya sekolah kalo nggak ngumpul sama kelompok rasanya kurang greget ya :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Oke men udah dibuntingin tuh hehe :D Yoi bener tuh.. itu suatu memori yang terkenang..

      Hapus
  5. pas masih jaman sekolah, emang paling enak nge geng. haha.
    semoga lo tetap gak bandel sampai sekarang bro.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yoi.. Alhamdulilah saya masih menjadi anak baik *kayaknya* hehehe Thanks for visit ^^

      Hapus
  6. Ngakak sama tingkah lakunya Zaldi XD

    BalasHapus
    Balasan
    1. Haha emang gitu dia.. Fanatik Ipank.. Thanks for visit ^^

      Hapus
  7. cerita karangannya mirip seperti yang riil riil dikehidupan jilbab khimar

    BalasHapus

Garing kan? Yuk, kata - katain si penjual krispi biar dia males nulis garing lagi. Silahkan isi di kolom komentar.

Penikmat Crispy

Pemakan Crispy

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...