Gue boring di
lab. Gue akhirnya mencoba keluar lab. Awalnya cuma iseng keluar lab doang,tapi
perlahan gue menuju luar kantor dan mencari udara disana. Entah kenapa
disebutnya “mencari
udara”. Serasa kerja di luar angkasa gue. Karena
jalan-jalan itu gue melakukan hal yang baru,dan gue jadi menarik beberapa
kesimpulan dari kejadian yang gue lakuin hari ini. Yaitu : Menghindari hujan dengan cara berlari adalah hal yang salah.
Sekarang lagi
musim hujan. Pastinya yang turun dari langit adalah air. Karena kalau
meteor,berarti kiamat. Musim hujan agak membuat ribet menurut gue. Walau ada
beberapa orang yang suka banget maen ujan-ujanan. Gue dulu juga suka sih. Tapi
karena sering ditakutin sama orang tua dengan “Jangan maen ujan-ujanan,nanti
kesamber petir lho !!”. Gue jadi takut. Gue takut, gue lagi asyik-asyik maen
bola sambil hujan-hujanan tiba-tiba gue kesamber. Saking takutnya kalau
sekarang hujan,gue selalu melihat keatas langit. Takut kalau tiba-tiba ada
petir yang nyamber gue. Gue parno akut. Pernah saking parnonya,lagi hujan dan
gue ngeliat ke atas langit. Tiba-tiba ada kilat. Gue kabur. Ternyata itu kilat
dari kamera temen gue. Kampret.
Hari ini
kebetulan hujan. Sedangkan gue pengen keluar dari kantor. Makanya,gue mencoba
hal yang baru,yaitu “Lari-Untuk-Menghindari-Hujan”. Gue mengambil posisi siap
seperti orang yang ikut lomba lari. Tapi karena posisi gue agak salah,kelihatan
seperti orang yang nahan boker. Gue bersiap dan... Lari. Gue lari secepat
mungkin untuk menghindari hujan. Gue meneduh setiap kali ada tempat teduhan.
Gue selalu berhasil dengan cara itu. Tapi semua berubah,setelah gue lari dan
gak nemuin tempat buat neduh. Gue panik dan terus lari. Karena saat itu gak ada
artis yang bisa gue ajak foto bareng. Gue hanya bisa berlari saat itu.
Akhirnya gue
menemukan tempat berteduh. Di deket SD. Disana ramai dengan anak-anak yang
sedang meneduh juga (loh kok gak belajar?). Mereka sepertinya sedang jam
istirahat. Namun,karena hujan mereka jadi hanya bermain di pelataran kelas. Gue
berteduh di dekat pelataran itu. Gue diliatin. Mungkin dalam hati mereka
berkata
“Siapa nih? Om-Om pedofil ya?”.
Gue gak tahu mereka bener ngomong gitu
atau engga. Tapi yang pasti gue bingung kenapa mereka pada ngeliatin gue.
Ternyata gue sadar satu hal. Karena dari tadi hujan deres. Dan gue lari. Dan
gue gak nemuin tempat neduh. Karena keasyikan lari,gue jadi gak berasa udah
kena hujan sekitar sepuluh menit. Gue sadar waktu itu kalau baju dan celana
gue... BASAH. Walaupun gak sampe “Kuyup”. Tapi yang jelas basah. Pantes tuh
anak-anak SD pada ngeliatin. Mungkin mereka kaget melihat “orang gila baru”
meneduh di sekolahnya.
Kesimpulan
gue,kalau hujan lebih baik meneduh dulu. Jangan sok-sokan lari. Kecuali lari lu
udah secepat mobil galardo. Kalau belum. Sebaiknya jangan. Kalau gak mau
diliatin anak-anak SD dengan tatapan hina.
Membuka Payung Perlu Latihan.
Membuka Payung Perlu Latihan.
Hujan telah reda.
Baju gue pun udah lumayan kering karena kena angin. Gue kembali ke lab kantor gue.
Tadinya niat keluar kantor buat nyari udara yang membuat segar,malah yang gue
dapet adalah air yang membuat basah. Baru sampai lima menit di lab. Hujan
kembali turun. Hujannya mungkin punya masalah sama gue. Kayaknya dia pengen banget
ngebasahin gue lagi (kedengerannya agak aneh ya). Tapi sayang dia gagal,karena
gue udah masuk duluan ke lab. Dia kecewa. Gue bingung kenapa hujan begitu
pengen membuat gue basah. Padahal kayaknya gue gak pernah ngebasahin dia. Hal
yang paling tidak senonoh yang gue lakukan ke dia paling cuma mengusir. Lagian
waktu itu gue juga lagi nonton “Dora The Explorer”. Dora bilang untuk nyanyi
“Hujan-hujan pergilah datang lagi lain hari !!”.
Ya gue ikutan nyanyi. Mungkin
hujan tersinggung. Hingga sampai saat ini gue kalau ketemu hujan,selalu dibuat
basah.
Karena sudah pasti kalau gue kena
hujan akan basah. Maka gue harus pake sesuatu biar bisa melindungi gue dari
hujan. Rumah bisa melindungi gue dari hujan. Tapi gue gak bisa bawa rumah gue
kemana-mana. Nanti disangka tukang rumah keliling. Topi juga bisa melindungi
gue dari hujan. Tapi kurang efektif. Cuma melindungi bagian kepala gue aja.
Sisanya tetap basah kuyup. Jadi,yang paling tepat dipakai saat hujan yaitu
payung.
Gue pribadi gak suka pake payung.
Ribet dan gak macho. Semacho-machonya cowok,kalau lagi megang payung,akan
tampak sisi kemayunya. Makanya beberapa cowok macho lebih memilih kehujanan
atau lari untuk menghindarinya (yes,gue macho !!).
Tapi hari ini gue bawa payung.
Payungnya bisa dilipet. Tapi gak bisa dimasukin kantong. Warna warni. Kalau
diliat dari atas,mungkin akan tampak seperti rainbow cake. Memakai payung lipat
agak sulit. Apalagi waktu membukanya. Gue agak kesusahan. Terkadang,payung
tidak terbuka,malah terbalik. Kayak parabola gitu. Ribet tingkat akhir.
Payung yang Susah dibuka |
Membawa payung juga kelihatan
“aneh”. Apalagi untuk orang yang seperti gue. Kalau gue bawa payung,mungkin
banyak ibu-ibu yang akan bilang
“Mas,tukang servis payung ya?”
“Bukan bu.. Maaf”
Atau..
“Mas,tukang ojek payung ya?”
“Bukan bu.. Saya bukan ojek..”
“Yakin?”
“Iyaaaaa...” *jengkel*
Atau yang paling parah...
“Mas rihanna ya???
“BUKAAAAAN.. eh tapi kok
rihanna?”
“Iya kan bawa payung (umbrella)”
“BUKAAAAN..”
Kampret abis. Gue dikira rihanna cuma karena bawa payung.
Tapi apa daya,gue udah bawa
payung hari ini. Harus gue pake. Gue pulang kerumah juga pake payung itu.
Akhirnya gue menarik kesimpulan. Kalau mau memakai payung,perlu keahlian
khusus. Supaya membuka payungnya tidak asal dan membuat payung rusak. Satu lagi
yang perlu dimiliki orang yang pake payung. Hati yang sabar kalau ada yang
bilang “mas,ojek payung ya? Anterin ke rumah yang sana ya..”
Itu sih yang gue lakuin hari ini.
Lu apa? Salam Crispy ^^
kalau mas bukan tukang servis payung, terus gue siapa? haha xD
BalasHapus