Pindah Mess

     Sebelum hari pindahan. Kami (kecuali si kamvryet) survey ke mess baru. Cukup creepy dari luar, karena terdapat pohon rambutan segede betis ultraman di depan rumahnya. Perkarangannya cukup luas. Gue jadi punya prospek buat menyewakan lapangan futsal di depan mess (saya orang padang).

     Ketika masuk ke dalam Mess merah. Leher gue langsung merinding. Entah kenapa. Tapi ternyata pas gue liat ke belakang ada Putra lagi niup – niup leher gue (engga deng). Dalemnya luas banget. Ada tiga kamar.
Tapi satu kamarnya luas. Bisa sekitar lima orang. Masih ada dua kamar kosong. Berpeluang untuk di kontrakan. (saya orang padang *lagi). Terdapat juga dapur yang lengkap fasilitasnya, ada kulkas, kompor, magic jar. Sayangnya gak ada pembantu cewek jepang seksi di dapur (khayalan gue kejauhan). Mess merah juga punya ruang tengah yang lengkap dengan sofa warna hitam. Juga punya kolam ikan di halaman tengah. Halaman tengahnya seperti outdoor, cahaya matahari masuk, tapi kalau hujan airnya gak masuk. Gimana caranya? Ya inilah magic. (padahal cuman pake genteng kaca).

Mess Merah tampak depan. Lebih mirip rumah tarzan.

     Pokoknya mess merah itu persis dengan villa di puncak. Katanya sih dulu yang nempatin satu keluarga kaya. Makanya rumahnya luas. Karena ini pertama kalinya gue tinggal di rumah seluas ini. Gue awal – awal harus beradaptasi dulu. Keliling rumah, ngeliat sekitar rumah, dan menggambar denah rumah. Takut nyasar. Takut ada kejadian seperti : habis mandi lupa arah ke kamar.

Mess lama gue. Lebih mirip gubuk sih. 

     Rencananya kami berempat akan menempati kamar pertama. Letaknya paling depan, dekat pintu masuk dan bersebelahan dengan halaman tengah. Kamarnya cukup luas. Lebih luas dari dua kamar mess sebelumnya kalau digabung. Dilengkapi AC dan kamar mandinya di dalam. Jadi misalnya gue pengen pipis tengah malem, tinggal gelinding ke kamar mandi. Kamar mandi dilengkapi dengan bathub. Bak mandi buat berendam ala orang – orang kaya. Tapi gue gak mau mandi kayak gitu. Takut tenggelem (?). Ada juga shower yang bisa disetel suhu airnya. Bisa suhu hangat atau suhu dingin. Tapi tidak bisa suhu Yo. Itu tukang obat cina. Sejauh ini kamar mandinya baik – baik saja di mata gue. Sampai gue melihat ada yang berbeda. Yaitu WC duduk. WC di kamar mandi ini harus dipakai dengan cara duduk. Sedangkan terakhir kali gue pake WC duduk, gue masuk WC selama sejam, tapi gak keluar apa – apa. Padahal mules. Gue emang gak terlatih untuk menggunakan WC duduk. Menurut gue WC jongkok lebih manusiawi. Sepertinya gue butuh kursus WC duduk. Nanti gue harus latihan.

Di sela – sela survey mess baru, Putra membuka pembicaraan.

“Waduh mas, messnya gede banget ya..”

“Iya put, saya takut gak habis nih messnya kegedean.” Maksud gue bercanda.

“Maksudnya gak habis gimana mas?”

“Enggak gue bercanda.”

“Maksudnya messnya di makan gitu mas?” Putra masih melanjutkan.

“Engga gue cuma bercanda. Eh liat deh masa pintunya lucu..” Gue mengalihkan candaan gue yang nampaknya dipikirkan Putra secara serius. Dia menganggap gue baru berucap rumus fisika baru.

     Setelah puas dengan surveynya. Kami kembali ke mess yang lama untuk packing pindahan besok. Satu persatu barang gue kemasi. Memasukannya ke koper. Sepertinya baru bulan kemarin gue masuk mess ini (ya emang baru sebulan sih). Gue pindah ke mess baru, yang fasilitasnya lebih syahdu. Tempatnya lebih luas. Dan warnanya lebih merah (yang terakhir itu ngasal). Semoga cerita di mess merah lebih asik lagi. Oh iya, semoga juga si kamvryet bisa bicara. Salam Crispy.