28 Mar 2018

Bukan Kisah Putih Abu #7 : Menuju Hari Terakhir MOS

Ruangan tempat nyanyi bersama itu dipenuhi dengan suara-suara nyanyian dan sorakan para anggota kelog yang hampir semuanya adalah laki-laki. Mereka bersorak sambil berjingkrak di depan barisan prasa-prasi yang sedang duduk. Setelah perseteruan kesenian dan acara tadi, kepanitiaan MOS dianggap bubar, dan diambil alih oleh kelog (keamanan dan logistik).

Wajah pucat terpampang pada setiap prasa-prasi. Gue sedari tadi bernafas gak karuan (baunya). Apalagi setelah gue berhasil keluar ruangan tapi disuruh masuk lagi oleh panitia. Gue bingung harus ngapain. Kalau kata orang, kalau bingung, pegangan. Tapi saat ini gak ada yang bisa gue jadikan pegangan.

Orang sebelah kanan, kiri, depan, dan belakang gue semuanya diam merenung tak berkata apapun. Terdengar suara tangisan beberapa prasi yang semakin keras. Melihat adu jotos antar panitia acara dan kesenian di depan mata dari jarak dekat bukanlah hal yang biasa bagi beberapa perempuan. Wajar mereka menangis.

Tapi gue mendengar ada suara tangisan yang tidak menyerupai tangisan wanita. Lebih ke tangisan gajah haus. Suara itu terdengar dari sebelah kanan gue. Gue melirik ke kanan, suara itu ternyata berjarak dua orang dari sebelah kanan gue.  Gue perhatikan dari jauh. Ah, gue sepertinya kenal dia. Itu si gempal berkacamata harry potter.

Tangisannya deras mengalir dari matanya, turun membasahi pipinya yang mirip bakpao isi daging. Lalu hidungnya kadang menarik hingusnya yang turun saking sedihnya. Oh, kasihan sekali kau gempal. 

Hari itu berakhir tidak seperti hari sebelumnya. Sekembalinya prasa-prasi ke "ruang penyiksaan" tidak dipandu kembali oleh panitia acara. Mungkin benar, kepanitiaan MOS ini sudah bubar. Menyisakan panitia kelog yang memandu sampai prasa-prasi pulang meninggalkan sekolah.

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Lamunan gue tentang MOS yang dipicu pertanyaan kak Ridwan harus selesai sampai hari keempat. Karena Kak Ridwan sudah harus keluar ruangan kelas. Kemudian diikuti keluarnya penghuni kelas. Hari itu telah usai, hari pertama gue di sekolah kimia. Sejauh ini masih aman karena gue belum ketemu pelajaran kimia. Semoga aja seterusnya tetap aman.

Dari pintu kelas lain, keluar Fatur, teman sekosan gue. Dia melambaikan tangan ke atas menyapa gue, lalu gue tebak-tebak dalam hati, paling ngajak pulang bareng. 

Benar saja, Fatur ngajak pulang ke kosan bareng. Tapi setelah itu, dia bicara hal lain.

"Eh Sulay, sebentar. Ada yang mau bareng ke kosan juga." katanya.

"Siapa? Ali?"

"Bukan, bentar gue kenalin."

Lalu datanglah seseorang lain dari dalam kelas Fatur. 

"Itu dia.." katanya sambil menunjuk sesosok lelaki gempal berkacamata harry potter.

"Udah kenal belum? namanya boris!!" kata Fatur sambil memegang pundak Boris.

"Ini sih, komedi gue waktu MOS. " jawab gue sambil tertawa.

Lalu sambil malu-malu Boris bilang.

"Ah, jangan inget-inget MOS lagi ah, bapuk banget."

Kemudian lamunan gue tentang MOS yang tadi terhenti, tiba-tiba terputar lagi. Seperti mobil mogok yang tiba-tiba bisa jalan setelah ditempelin botol minuman (lawakan segmented). 

Ingatan tentang hari terakhir MOS terputar kembali setelah melihat Boris, si gempal berkacamata harry potter. Karena hari terakhir MOS adalah, hari dimana dia menjadi sangat terkenal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Garing kan? Yuk, kata - katain si penjual krispi biar dia males nulis garing lagi. Silahkan isi di kolom komentar.

Penikmat Crispy

Pemakan Crispy

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...