16 Apr 2018

Bersyukurlah

Di sebuah tempat wisata di sebuah desa, ayah dan anak yang sedang menunggu lapak dagangan oleh-oleh saling berbincang sambil menunggu pelanggan datang.

"Kenapa kalau liburan banyak orang kota datang kesini?" tanya ayah kepada anaknya itu. Usia anaknya masih lima tahun, tapi dia sudah membantu ayahnya untuk menjual barang dagangannya.


"Karena di desa ini ada sungai yang besar?" Anaknya menebak-nebak.

"Tidak nak. Di kota juga sungainya besar. Apalagi kalau sedang musim hujan. Sungainya sampai ke jalan nak." katanya sambil tertawa kecil. Anaknya pun tertawa walau tidak terlalu mengerti apa maksudnya.

"Karena disini udaranya dingin?" Anaknya menebak lagi.

"Di kota juga mereka bisa menikmati dingin. Tapi hanya di dalam ruangan."

"Karena disini orangnya ramah-ramah?" Anaknya sudah mulai lelah menebak.

"Bisa jadi. Tapi disana mereka juga ramah kok. Cuma pas kena macet aja mereka sering emosi."

"Jadi sebetulnya karena apa Yah?" tanya ayahnya.

Ayahnya melihat ke beberapa mobil yang hilir-mudik di depan lapak dagangannya. Wisata air terjun itu memang ramai apalagi jika musim liburan. Hal ini dimanfaatkan bagi warga desa untuk menjaring rezeki.

"Karena mereka orang kota." jawab ayahnya singkat.

"Hanya karena itu saja?" Anaknya bertanya dengan sedikit kecewa. Mengira jawabannya adalah hal yang begitu sulit ditebak.

Kemudian ayahnya menjelaskan kalau memang begitulah jawabannya.

"Orang kota datang berlibur ke desa karena mereka selama ini tinggal di kota. Tentu suasana lain seperti pedesaan ini adalah sesuatu yang indah bagi mereka. Sedangkan kita yang tinggal di desa, tentu sudah biasa dengan pemandangan ini. Kamu sudah beberapa kali bilang ingin ke monas kan?" tanya ayahnya. Anaknya mengangguk.

Ayahnya pernah beberapa kali mendengar seseorang dari kota bilang kepadanya.

"Bapak enak sekali ya tinggal di pedesaan yang sejuk dan nyaman seperti ini. Aku jadi kepingin." katanya.

Dalam hati Ayahnya bilang. "Lho, saya kok malah mau tinggal di kota, dan punya mobil mewah sepertimu ya."

Lalu Ayahnya mengusap kepala Anaknya sambil berkata.

"Begitulah kalau kita tidak bersyukur. Rumput tetangga akan selalu terlihat lebih indah. Kita yang di desa ingin ke kota. Orang yang di kota, ingin ke desa. Selama kita tidak bersyukur nak, tidak akan bahagia!"

"Kalau kita bersyukur bisa bahagia dan masuk surga Yah?" tanya anaknya.

"Tentu."

Kemudian anaknya berpikir sedikit nyeleneh.

"Kalau kita yang di dunia ingin ke surga, apakah penghuni surga ingin ke dunia Yah?"

Ayahnya tertawa. Dia tidak menyangka anaknya menggunakan analogi orang kota pada urusan surga. Tapi dengan santai ia menjawab.

"Tentu tidak nak. Surga itu abadi. Sedangkan dunia tidak ada yang abadi."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Garing kan? Yuk, kata - katain si penjual krispi biar dia males nulis garing lagi. Silahkan isi di kolom komentar.

Penikmat Crispy

Pemakan Crispy

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...