15 Apr 2018

Tentang Komik

Gue mengenal komik pertama kali dari majalah Bobo. Waktu masih TK dulu, gue punya beberapa majalah Bobo. Di dalamnya ada komik bona si gajah jarang di belai, eh salah, 'Bona si belalai panjang'. Lalu ada komik 'Paman Kikuk, Husein dan Asta' juga ada komik 'Deni si manusia ikan', Komik 'nirmala', dan beberapa komik lainnya yang mungkin gue lupa. Mulai saat itu gue merasa kalau membaca komik adalah hal yang seru. 

Lalu saat kelas tiga SD gue diberikan komik gratis oleh paman gue yang bekerja di toko buku. Komik naruto volume awal. Mulai saat itu gue mulai membaca manga. Jadi manga pertama gue adalah Naruto. 

Karena komik Naruto ini pula gue mulai mencoba menggambar. Gue meniru gambar yang ada di komik. Gue mencoba menggambar naruto, hasilnya malah seperti orang berkepala landak. 

Saat kelas empat SD gue sempat membuat koran harian yang gue buat sendiri. Gue yang gambar di sobekan kertas bagian tengah, gue yang bikin tulisan dan gambar, gue yang sebar juga di kelas. Malah waktu itu saking niatnya, gue fotokopi, padahal kalau dipikir-pikir lagi, itu gak penting banget.

Isi dari koran harian itu adalah berita-berita yang ada di kelas atau sekitar sekolah yang gue plesetkan agar menjadi lucu. Misalnya ada temen gue yang badannya bau, terus gue bikin redaksi kalimat "Si Roni badannya bau karena kalau mandi pakai air empang". Mungkin tidak terlalu lucu ya, tapi waktu itu teman-teman yang gue kasih baca pada ketawa. Mungkin lelucon seperti itu cukup ngocol untuk anak SD.

Di koran harian itu gue juga bikin sebuah komik. Komik yang gue gambar dengan kemampuan yang sangat jelek, tapi karena gue tetep selipkan lawakan disitu, masih bisa membuat teman-teman gue tertawa.

Tapi koran harian itu cuma gue buat selama tiga hari, sampai ada seseorang teman perempuan yang marah karena gue tulis cerita tentang dia di koran. Dia marah dengan serius. Waktu itu gue sampai dikejar pakai cutter. Gue panik, gue takut disunat paksa. Akhirnya koran harian gue itu tidak gue buat lagi karena takut kejadian itu terulang.

Walau sudah gak  bikin koran itu, gue masih sering buat gambar-gambar komik iseng di buku tulis. Sampai gue masuk ke sebuah SMK analis kimia, gue masih suka menggambar. Gue dulu bercita-cita ingin membuat komik di Indonesia. Waktu tahun 2010, komik Indonesia belum ramai, baru ada garudayana setahu gue. Gue pingin banget membuat industri komik Indonesia maju seperti di Jepang. Tapi gue ngomong doang, gak berbuat apa-apa dan jarang latihan gambar setelah masuk SMK. Semakin jarang sampai gue sama sekali gak pernah gambar lagi. Paling gambar kalau iseng doang nungguin guru atau dosen datang saat kuliah.

Mulai sekitar dua bulan lalu, gue mengikuti workshop membuat komik untuk dakwah. Disitu gue hasrat gue untuk membuat komik tergerak kembali. Mulailah gue menggambar kembali, walau hasilnya masih kaku. 

Setiap hari gue usahakan untuk berlatih menggambar. Kalau lagi senggang di kantor, gue isi dengan membuat sebuah gambar atau belajar bagaimana teknik yang benar untuk menggambar dan membuat komik. 

Gue pun berniat untuk kursus gambar, tapi setelah gue hubungi tempat kursusnya, dia bilang kelasnya belum ada untuk hari Sabtu. Sedangkan gue bisanya hanya hari Sabtu, hari kerja gue kerja (yaiyalah, kalau hari libur gue libur).

Hari ini gue ke toko buku. Gue pergi ke rak bagian komik. Disana sudah sangat berbeda dengan tahun 2010. Disana sudah banyak bertengger buku komik karangan komikus Indonesia. Komik Indonesia sudah maju, bahkan komik 'Si Juki' sudah dibuat film animasinya. Cita-cita gue hanya menjadi cita-cita, sedangkan para komikus Indonesia bukan cuma menjadikan itu cita-cita, mereka bergerak dan membuat komiknya. Sedangkan gue, hanya berkhayal.

Gue kemudian melirik buku kompilasi komik Indonesia yang bernama 'Re : On comics'. Gue baca dan melihat gambarnya. Gambarnya bagus-bagus sekali, ada yang bergaya sederhana, ada yang bergaya mirip manga. Gue akhirnya beli satu buat belajar bikin gaya gambar dan panel komik. 

Gue kembali baca itu di rumah, di dalamnya gue dapat info ada kursus menggambar manga di daerah Kedoya, yang berarti gak terlalu jauh dari mess gue. Apakah ini sebuah jalan?

Gue berniat untuk ikut kursus disana. Semoga bukan cuma omong doang. Besok, gue akan hubungi kontak dari tempat kursus itu. 

Semoga jodoh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Garing kan? Yuk, kata - katain si penjual krispi biar dia males nulis garing lagi. Silahkan isi di kolom komentar.

Penikmat Crispy

Pemakan Crispy

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...