12 Apr 2018

Ke Rumah Dong

Malam ini malam minggu. Seperti minggu-minggu sebelumnya, Joni dan Tiwi menghabiskan malam itu berdua. Bercengkerama, bercanda, dan bercumbu di sebuah taman kota.

"Kamu cantik seperti biasanya Tiw." Joni memuji. Mengawali malam ini dengan pujian. Dia sudah merencanakan kalimat itu di rumah. Bahkan untuk langkah selanjutnya, semuanya sudah dipikirkan.


Taman itu ramai dengan orang-orang seperti mereka. Pemuda-pemudi yang memiliki hasrat menggebu-gebu yang mereka sebut dengan cinta. Padahal cinta bukan berarti harus berduaan pada malam minggu. Apalagi mereka belum menikah, karena belum mampu secara finansial atau alasan lainnya. Mereka melakukan hal ini hanya untuk senang-senang belaka. Setiap malam minggu, mereka melakukan aktivitas yang disebut pacaran.

Ketika dua sejoli yang belum menikah berduaan, maka yang ketiganya adalah setan. Begitulah hal yang sering di bilang orang-orang. Betul saja, tidak kelihatan oleh mata Tiwi dan Jono, seorang setan sudah ada di tengah-tengah mereka berdua, namanya Nates.

"Kau yakin malam ini kau hanya mau memeluknya saja? tidak ada peningkatan? ayo lebih berani lagi Jon!" bisiknya di telinga Joni yang kemudian Joni menurutinya dengan mencium kening Tiwi.

"Aku berhasil membuatnya lebih dekat ke perzinahan" kata Nates sambil tertawa ala setan.

"Aku yakin mereka akan bertaubat sebentar lagi." kata seorang malaikat yang tiba-tiba muncul di samping Nates. Dia menjadi orang keempat disitu.

"Tahu darimana? lihatlah mereka sedang asyik bercumbu begini." umpat Nates.

"Lihatlah sebentar lagi." kata malaikat yang bernama Legna itu sambil melengkungkan senyum.

Satu jam sudah berlalu dari pukul tujuh malam, sudah habis banyak pujian dan obrolan tidak penting yang dilakukan oleh Tiwi dan Joni. Merasa habis obrolan, Tiwi mulai menanyakan sesuatu yang sudah lama ia ingin tahu dari Joni.

"Bagaimana tentang masa depan cinta kita ini?" tanyanya sambil menatap wajah Joni yang sedang memeluknya.

"Kok pertanyaannya seperti aku sedang interview kerja sih?" katanya sambil tertawa kecil.

"Aku serius."

Wajah Joni berubah menjadi cemberut sambil memikirkan jawaban apa yang harus ia sebut. Dia tidak mau salah sebut agar pacarnya ini tidak marah.

Lama tidak mendengar jawaban dari Joni. Tiwi bertanya lagi.

"Kamu serius gak sayang sama aku?" 

"Serius kok." kata Joni sambil terbata.

"Jadi?"

"Ya, kita akan terus sama-sama sampai masa depan."

Mendengar itu Tiwi sedikit tentang walau pertanyaannya belum benar-benar terjawab.

Pukul sepuluh malam. Joni mengantar Tiwi pulang ke rumahnya. Sambil mengendap-ngendap Tiwi masuk ke rumahnya. Joni pun langsung pulang setelah menurunkan Tiwi di depan rumahnya. Dia tidak mau kena marah orang tua Tiwi.

Malam minggu berikutnya. Joni dan Tiwi berduaan lagi di tempat biasa. Begitu juga Nates dan Ligna yang menyertai mereka.

"Malam ini akan aku buat mereka berdua berzina!" kata Nates dengan penuh bangga kepada Ligna.

"Tidak mungkin. Tiwi bukan perempuan murahan seperti itu. Lagipula mana berani Joni melakukan itu."

"Selama seminggu ini aku banyak membisikan dan mengirimkan imajinasi tentang hal-hal itu ke pikirannya. Lihatlah Legna, dia pasti akan berzina malam ini!"

Legna dan Nates beradu tatapan. Mereka beradu ketangkasan masing-masing untuk menjerumuskan atau menyelamatkan dua sejoli yang sedang dimabuk cinta ini.

Joni mulai dengan aksi pertamanya, memuji Tiwi lalu memeluk dia dari belakang. Tapi Tiwi kemudian mengelak dan bilang.

"Jangan peluk dulu Jon, sekarang jawab pertanyaanku dulu."

"Aduh kamu kok jadi kayak pembawa acara kuis sih, ngasih pertanyaan melulu." katanya sambil tertawa.

"Aku gak lagi bercanda." kata Tiwi dengan nada meninggi. "Ayahku nyuruh kamu datang ke rumah. Untuk membuktikan kamu serius sama aku." tambahnya.

Mendengar itu Joni kaget. Matanya melotot, nafasnya menjadi terengal-engal. Begitu juga Nates yang juga mendengarnya.

"Lah kok jadi begini?" kata Nates bingung.

Legna hanya tertawa kecil. "Apa yang kamu lakukan, hey Legna?"  tanya Nates.

Tiwi menjelaskan apa yang terjadi minggu lalu. Ayahnya memergoki dia pulang lebih malam dari malam minggu sebelumnya. Ditambah lagi, ayahnya sudah mengikuti pengajian dan sudah sampai pengetahuan kepadanya tentang pacaran adalah hal yang terlarang.

"Aku gak mau bikin ayahku berdosa juga karena aku pacaran. Jadi pertanyaanku malam ini. Kamu mau ketemu ayahku gak?" tanya Tiwi.

"Kapan?"

"Sekarang."

Joni kemudian hanya merenung diam sambil memainkan smartphone nya. Tidak menjawab pertanyaan Tiwi. Yang dipikirannya adalah dia merasa belum mampu dan siap untuk bertemu ayahnya yang pasti akan membicarakan hal yang serius. Sedangkan ia hanya ingin senang-senang dalam cinta bersama Tiwi. Atau lebih jelas lagi adalah melampiaskan nafsunya saja.

"Wah aku harus pulang nih. Ada urusan penting di rumah. Kamu aku anter sampai depan komplek aja ya." kata Joni.

Diantarlah Tiwi pulang ke rumah. Undangan ayahnya untuk Joni datang ke rumah tidak dilakukan Joni. Semenjak malam itu pula, Joni menghilang tidak ada kabar. Setiap pesan dan telepon Tiwi tidak ada yang dijawab.

Semenjak itu pula Nates menjadi kecewa karena tugasnya untuk menggoda pasangan sejoli ini sudah selesai. Legna pun lega mereka sudah tidak berhubungan lagi.

Setahun berlalu. Tiba pada hari pernikahan Tiwi. Tiwi menikah dengan seseorang yang punya niat dan cinta yang sungguh-sungguh. Bukan hanya mementingkan hawa nafsu belaka.

tamat.

(nb : ini cerita mentah banget. Entar diedit lagi deh haha.)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Garing kan? Yuk, kata - katain si penjual krispi biar dia males nulis garing lagi. Silahkan isi di kolom komentar.

Penikmat Crispy

Pemakan Crispy

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...