5 Apr 2018

Tentang Gesekan yang Berbunyi

Gue sedang bingung dengan tulisan yang harus gue tulis dengan tema tentang biola. Tadinya gue mau nulis cerpen seperti biasa. Tapi karena buntu dan gue gak nemuin premis yang cocok buat cerita tentang biola. Maka marilah kita menulis dan mengarang bebas di postingan ini.

Gue gak banyak tahu fakta-fakta tentang biola. Yang gue tahu ketika melihat seseorang bisa main biola, berarti dia keren. Tentu, ini karena biola bukan alat musik murah. Harganya bisa buat makan eskrim sampe radang tenggorokan. 
Selain harganya, orang menjadi keren apabila main biola karena biola dimainkan dengan cara digesek. Hal ini cukup unik, karena beberapa hal yang digesek tidak semuanya menghasilkan nada yang bagus. Seperti kaki meja yang tergesek lantai, tentu membuat telinga kita sakit. Atau ketika kartu atm yang saldonya sedikit tergesek mesin kasir, itu bisa seluruh badan yang sakit.

Karena biola itu identik dengan kekerenan. Mungkin gampang banget seseorang yang bisa main biola mendapatkan pengagum rahasia. Disukain banyak orang gitu. Tapi orangnya jadi gak berani karena minder. Seperti misalnya ada cowok yang suka dengan perempuan. Sudah percaya diri dan merasa dirinya siap untuk mengatakan cintanya. Tapi kemudian rasa itu dia kubur dalam-dalam sambil berkata.

"Buset, tuh cewek bisa main biola!" 

Ini adalah contoh cowok yang sudah minder duluan. Tidak baik dicontoh karena tentu orang yang bisa bermain biola juga manusia yang punya kekurangan. Siapa tahu, dia bisa bermain biola tapi suka ngoleksi upil di bawah meja? atau siapa tahu, dia bisa bermain biola tapi kalau ngetik di sosmed masih pake huruf "gede-kecil"? tidak ada yang tahu.
 
Itu kalau cewek yang bisa main biola dan memang yang sering gue jumpai adalah cewek. Beda lagi kalau cowok yang bisa main biola. Dari pandangan cowok lain, cowok tersebut akan terkesan melankolis. Mungkin ada seseorang cowok yang akan bilang ke cowok yang bisa main biola.
 
"Cowok kok main biola, cengeng banget sih! nih kayak gue dong, mainnya gendang, garang!" katanya sambil menunjukan gendang dangdut.  

Sedangkan pada pandangan cewek, cowok yang bisa main biola pasti kerennya akan melesat ke langit. Mungkin saking meleleh karena kekerenan cowok itu, para cewek akan bilang.

"Kamu jago banget gesek sih mas! coba gesek yang itu dong!" kata seorang cewek sambil menunjuk kartu kredit si cowok pemain biola. Dasar cewek matre.

Atau bila cowok yang bermuka pas-pasan ingin jadi keren. Dengan bermain biola ia akan jadi pusat perhatian apabila dia bisa memainkan biola dengan syahdu. Tentu saja perhatiannya tertuju pada irama yang ia mainkan. Dan karena memainkan biola itu agak sedikit menunduk, mungkin dalam hati para cewek yang mendengar permainan biolanya bilang.

"Mas, bisa lebih nunduk gak main biolanya? saya suka irama biolanya, tapi gak suka irama mukanya mas, mukanya bisa di silent?" Kata seorang cewek yang gak bisa bedain mana muka orang dan mana henpon second.
 
Gue pun bermuka pas-pasan dan ingin jadi keren dengan main biola. Tapi terakhir gue coba main, gue bingung cara mainnya gimana. Perasaan melihat orang hanya tinggal gesek langsung bunyi ternyata terlalu sederhana. Seperti gitar, ternyata biola juga ada kunci-kunci gitu.
"Ini kuncinya bagaimana?" gue nanya ke temen gue yang bisa main biola.

"Kuncinya latihan terus dan bersabar."

Lah gue malah dikasih motivasi.

Gue akhirnya mengurungkan niat untuk mencoba bermain biola. Gue lebih suka main gitar. Lebih asik aja, bisa di petik padahal gue belum menanam apa-apa. 

Cerita tentang cowok bermain biola yang lain adalah, setiap pulang sekolah dulu, dari Bogor menuju Cibinong gue selalu melewati pengamen cowok yang menggunakan biola. Dia ngamen di pertigaan Cikaret, di lampu merahnya, karena kalau di lampu hijaunya dia tidak akan sempat menggesek biola, sudah keburu kegesek aspal kepalanya.

Ada yang aneh dengan pengamen ini. Dia mengamen dengan biola. Biasanya pengamen kan mengamen dengan kecrekan dari beras, atau dari tutup minuman soda yang digepengin. Atau paling mahal pakai gitar. Tapi dia memakai biola yang harganya mahal. Gue pikir daripada uangnya dibeliin biola mending buat beli makan. Gue curiga dia ngamen cuma buat sampingan aja, pekerjaan utamanya dia sales MLM.

Atau ketika pertengahan tahun 2013, di tahun itu ada acara StandUp Comedy Indonesia season 3. Disitu ada peserta yang bernama Dodit Mulyanto. Peserta ini menggunakan biola di penampilannya. Lawakannya asik, gue suka. Absurd dan pembawaan materinya dengan cara deadpan atau tanpa ekspresi. Pokoknya asik lah.

Tapi yang gak enak adalah ketika temen sekelas gue tiba-tiba memperhatikan wajah gue dan bilang.
 
"Kok lu mirip Dodit ya?" katanya sambil ketawa.
 
Dan setelah itu bukan hanya dia yang bilang gue mirip Dodit. Teman kerja, saudara sepupu, teman rumah, pada bilang begitu. Padahal gue gak suka kalau dimirip-miripin sama orang. Setiap orang terlahir berbeda dan gak bisa disamakan begitu. (tapi kalau disamain sama leonarco dicaprio itu pengecualian.)
 
Inilah yang akhir-akhir ini gue alami tentang biola.  

Jadi waktu itu adalah acara buka puasa di kantor. Para karyawan dikumpulkan di sebuah aula untuk menunggu azan maghrib sambil mendengarkan ceramah. Tapi ceramah itu hanya sebentar, dilanjutkan dengan sesi acara yang sangat tidak tertebak.

Sesi menonton anak umur belasan main biola.

Anak itu tiba-tiba pergi ke atas panggung tempat ustadz berdiri tadi. Menggantikan ustadz yang kembali duduk, dia mulai memperkenalkan diri dan menyampaikan maksudnya untuk memainkan lagu-lagu islami dengan biolanya. 

Kemudian dia mulai melakukan posisi ala-ala pemain biola. Dia mulai mengempit biolanya di leher dan menaruh alat penggesek di atasnya. Dia dalam posisi siap menggesek. Dari gayanya sepertinya dia profesional. Dan dari umurnya, kalau di umur belasan ini dia sudah jago, mungkin dia mulai main biola waktu umur tiga tahun. Itu di umur ketika anak-anak lain mungkin masih suka main becekan. 

Lalu dia siap menggesek. Para karyawan siap untuk mendengarkan. Tiba-tiba alunan musik pengiring berbunyi dari pengeras suara. Dan terdengar juga suara biola dari pengeras suara itu.
 
Padahal dia belum gesek apa-apa.
 
Gue kaget. Wah si kampret lypsinc. Eh atau salah ya, kalau ini berarti violinsync
 
Tapi dia tetap pede berpura-pura main biola dengan gaya ala profesional sambil berjingkrak kesana kesini padahal gesekannya gak ngehasilin suara apa-apa.
 
Dan jadilah sore menjelang maghrib itu dihabiskan dengan sebuah sesi nirfaedah yang gue sebut.

Sesi-ngeliatin - anak umur belasan - lypsinc main biola - sambil jingkrak jingkrak - pas penonton lagi laper.
 
Saat itu gue berasa lagi jadi penonton Dahs*yat.
 
#30DWC
#Biola

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Garing kan? Yuk, kata - katain si penjual krispi biar dia males nulis garing lagi. Silahkan isi di kolom komentar.

Penikmat Crispy

Pemakan Crispy

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...