30 Des 2018

Kontemplasi Penulis Malas - Merenungkan Tiga Hal


Seminggu akhir ini gue sedang membaca buku karangan Rene Suhardono yang berjudul “Your Journey to be UltimateU”. Di buku ini membahas tentang Passion, Purpose, dan Value dari seseorang. Kalau seseorang sudah menemukan dan tahu itu semua, maka kebahagiaan akan mudah ditemui.

Ini kembali mengingatkan diri gue akan konsep tersebut. Dan lagi gue jadi galau karena gue sepertinya belum benar – benar menemukan ketiganya.

Kalau bicara passion gue selalu bilang passion gue adalah tentang desain grafis, ilustrasi, animasi, kepenulisan (sepik doang, nulis aja males), dan hal yang berhubungan dengan kreatifitas lainnya. Alhamdulillah gue bisa kerja di bidang sesuai passion gue di desain grafis. Dapat uang atau penghasilan dari passion itu rasanya sesuatu banget (kayak Syahroni dah gue).

Seiring berjalannya waktu, sudah hampir lima tahun gue kerja di bidang ini. Dan mulai merasakan ke-monoton-an saat bekerja. Terkadang pula revisi yang “gila” mulai terasa menyiksa. Mungkin ini karena gue yang mulai bosan mengerjakan desain-desain yang “sederhana”, istilah kasarnya sih “operator cetak juga bisa!”.

Tapi mau dikata apalagi, pekerjaan adalah suatu alat yang diberikan oleh perusahaan kata mas Rene dalam bukunya, sedangkan karir adalah milik gue sendiri. Dengan pekerjaan yang begitu gue tetap harus belajar bagaimana mengembangkan karir gue. Seperti gue tetap mempelajari prinsip desain, motion graphic, kepenulisan di kala senggang. Atau gue mencari Side Job yang membuat gue bisa mengaplikasikan idealisme dan prinsip desain secara “leluasa”.

Kalau pekerjaan yang sudah sesuai passion masih terasa membosankan dan kadang bikin stress, gue jadi teringat tweet mas @pinotski yang bilang justru disaat itulah seharusnya pertanyaan ini muncul.
“Apakah ini benar-benar passion gue?”

Selesai dengan passion, gue sekarang sedang memikirkan apakah value gue. Gue sebenarnya tahu, hanya saja sulit untuk jujur karena terbatasi oleh norma-norma, yang membuat gue masih takut-takut dan bilang

“Masa value gue gini, sih? ah ini kan gak boleh!” dan semacamnya.

Begitu juga purpose atau tujuan gue ada di dunia ini. Sebagaimana yang gue tahu, di agama Islam tujuan manusia diciptakan adalah untuk beribadah kepada Allah. Ibadah bukan hanya shalat, tetapi berbagai macam hal yang berguna bagi masyarakat. Khoirunnas Anfauhum Linnas, sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain. Itulah purpose setiap manusia. Seharusnya.

Nah, untuk mencapai purpose tersebut nampaknya gue masih jauh sekali. Karena sepertinya gue belum “selesai” dengan diri gue sendiri. Seperti yang gue dapat dari video kepenulisan @fahdpahdepie di youtube. Katanya penulis itu harus “selesai” dengan dirinya sendiri dulu sebelum dia membagikan prinsipnya dalam sebuah tulisan. Atau mungkin semua profesi begitu ya? atau akan terjadi seorang pencipta karya yang karyanya adalah “omong doang”.

Sebenarnya gue lupa apa tafsir dari “selesai dengan diri sendiri” itu. Nanti gue lihat lagi deh di videonya. Tapi yang gue tangkap adalah seharusnya gue mengaplikasikan dulu prinsip-prinsip yang gue anggap benar dalam hidup gue baru gue bagikan ke orang-orang lain.

Selama ini yang gue bagikan adalah hal-hal yang bersifat hanya hiburan. Ya mungkin gue selipkan beberapa ilmu tentang kimia, tapi dikit banget, sisanya adalah guyonan kosong dan krispi (ya, garing gitu deh).

Baru itu yang gue sebarkan melalui tulisan, komik, gambar, dll. Gue masih menganggap value gue adalah menghibur orang lain. Apakah itu salah? bisa iya, bisa tidak. Selama batasan dalam menghibur masih belum gue lewati nampaknya aman-aman saja. Tapi gue mau lebih dari itu. Sepertinya gue ingin mengaplikasikan “Khoirunnas Anfauhum Linnas” lebih serius lagi dalam sebuah karya.

Tapi sebelum itu.

Gue harus “selesai” dengan diri gue dahulu.

Asik.

Malam ini serius banget tulisan gue kayak amanat pembina upacara. Mungkin karena gue sadar, sudah banyak teman gue yang menikah (sudah tidak bisa dihitung dengan jari tangan) sedangkan gue masih seperti dahulu. Berubah sih dikit.

Mukanya (jadi lebih tua).

Sekian, Salam Crispy.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Garing kan? Yuk, kata - katain si penjual krispi biar dia males nulis garing lagi. Silahkan isi di kolom komentar.

Penikmat Crispy

Pemakan Crispy

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...