Hari ini biasa saja sampai gue menyadari hari ini adalah hari-hari
terakhir di tahun 2018. Tapi gue gak mau nulis tentang resolusi yang klasik
atau harapan di tahun baru gitu. Menurut gue sih harapan harusnya ditetapkan
tiap hari. Nah, masalahnya tiap hari gue suka lupa (males sih).
Tadinya gue niat nulis lewat ponsel karena males buka laptop. Tapi
karena gue lebih males ngetik di ponsel, jadi malesnya buka laptop kalah.
Jadilah gue nulis ini di laptop. Di sebuah kamar di Rumah Sakit POLRI Jakarta
Timur. Ya, adek gue yang paling kecil lagi sakit demam berdarah, jadi dirawat
di sini.
Gue jadi ingat sepuluh tahun lalu, gue juga dirawat, di rumah sakit yang
sama, dan penyakit yang sama. Waktu itu gue awalnya merasakan pusing, mual, dan
badan gue panas. Gue kira gue hamil cuma tipes, ternyata lebih dari itu,
gue kena demam berdarah.
Waktu itu kali pertama gue mendapatkan penyakit demam berdarah. Dan juga
kali pertama gue dirawat di rumah sakit. Jadilah gue panik dan dalam pikiran
gue hanyalah
“ANJIR GUE DIINFUS NIH ENTAR. JARUM SEGEDE SENDOK NYAMNYAM MASUK KE
TANGAN GUEEE”
Dan drama terjadi. Waktu tangan gue ditusuk dengan jarum infus. Gue
nangis dan teriak-teriak. Biar gak keliatan cengeng tadinya gue pengen disetel music
melayu dan rock secara bersamaan. Tapi gak jadi. Di rumah sakit gak boleh
berisik.
Gue dirawat sekitar satu minggu. Waktu itu gue jadi gak masuk sekolah.
(yaiyalah).
Ada satu momen yang sangat mencengangkan waktu gue dirawat di rumah
sakit. Waktu itu kamar yang gue tempati adalah kamar kelas 3 kalau gak salah.
Jadi satu ruangan itu ada sekiranya empat orang pasien. Waktu itu baru terisi
dua.
Diisi oleh seorang bapak yang sudah tidak sadarkan diri. Jadi makannya
harus melalui selang gitu. Semua biasa saja sampai tiba suatu malam.
Ada kepanikan di kamar gue, dan pasien itu ada di sebelah gue pas
banget. Semua dokter dipanggil, suster juga. Istri dari bapak itu panik sekali
kelihatannya. Si bapak memuntahkan semua makanan yang dimasukan lewat selang.
Lalu beberapa menit kemudian.
Hening.
Suara tangisan mulai terdengar.
Bapak itu sudah tidak dapat tertolong. Ia meninggal. Kasihan sekali
istrinya sepertinya belum bisa menerima, waktu itu gue dengar dia bilang
“Jangan dibawa suami saya, masih anget itu kakinya, masih ada dia.”
Gue sedih waktu itu. Tapi setelah itu gue jadi takut. Ya gimana ya, ada
orang meninggal di sebelah gue pas banget. Akhirnya malam itu gue minta
ditemani ayah buat tidur.
Ada lagi satu kejadian. Setelah bapak sebelah gue meninggal, gue sendiri
lagi, sampai suatu saat datang pasien lagi. Laki-laki, dari umurnya kira-kira
dia anak kuliahan (saat itu gue masih kelas 2 SMP).
Kakak ini kocak. Jadi dia kalau tidur suka mengigau. Dan saat mengigau
dia akan berkata seperti apa yang dia lakukan tadi pagi.
“Dia gak bisa bohong sama saya. Soalnya tiap malam dia akan ngomong apa
yang dia omongin atau lakuin tadi pagi atau siang. Hahaha.” kata bapaknya.
Aduh kasian ya kakak ini. Tidak bisa menyimpan rahasia.
Sepertinya cukup begitu saja. Semoga adik gue cepat sembuh.
Salam Crispy.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Garing kan? Yuk, kata - katain si penjual krispi biar dia males nulis garing lagi. Silahkan isi di kolom komentar.