Tapi bukan itu, donat
ini berbeda. Donat ini merupakan donat yang jika dimakan sekarang tidak enak,
dan bila dimakan nanti, sebulan lagi misalnya, juga tidak enak (karena akan
basi kan ya). Tapi mau bagaimana, donat ini terlalu special hingga yang dia
lakukan dari tadi hanyalah memandang donat itu sambil tersenyum.
Menimang-nimang donat itu seperti bayi. Memutar-mutarnya dengan telunjuk.
Kadang mencium aromanya yang.. ya bau donat biasa sih. Hanya saja karena
terpengaruh zat lain, otaknya jadi menerjemahkan kalau itu seperti aroma seribu
mawar. Cielah, ada-ada saja. Mana ada mawar diatasnya bertabur meses?
Donat ini adalah
hadiah dari seseorang yang kebetulan sering mondar-mandir di hatinya. Seliweran
saja gitu. Tidak pernah duduk menetap. Hanya menyapa, berbincang sebentar
(sambil berdiri) lalu pergi.
Pagi ini, dia mendapatkan
donat itu dari sang pujaan hati. Untuk hadiah atas berhasilnya dia menjadi juara
di perlombaan cepat tepat. Dia senang sekali walau hanya dapat juara tiga. Hadiah
dari kompetisi itu tidak ada apa-apanya. Cuma uang tunai senilai tiga juta
rupiah dan beasiswa sampai dia lulus dari SMA.
Ya, baginya itu tidak
ada apa-apanya daripada pujaan hatinya tiba-tiba datang menghampiri bangkunya,
“Selamat ya.” katanya.
Sambil menaruh donat yang terbungkus rapi dan secarik kertas yang terlipat.
Ah,
dia baru ingat. Bukan hanya sebuah donat yang diberikan pujaan hatinya saat
itu.
Ada secarik kertas
yang terlipat, dan belum dia buka.
Dia pikir-pikir dimana
dia menaruh secarik kertas itu. Dia lupa. Dia menggeledah seisi kamarnya dari
setiap sudut. Pikirnya pasti kertas itu tadinya ada di saku celana sekolahnya,
lalu ketika berganti pakaian, mungkin terjatuh di sekitar area kamar.
Tapi tidak ada.
Dia mulai memikirkan
cara lain untuk mengingat. Lalu dia pergi ke luar pagar rumahnya. Dia ulangi
adegan dia pulang sekolah, dari melepas sepatu, masuk ke rumah, salim dengan
ibunya yang sedang duduk di sofa (tapi karena sekarang di sofa tidak ada
ibunya, dia cuma pura-pura salim. Salim sama angin gitu).
Sampailah di kamar,
dia pura-pura melepas ranselnya, lalu mengganti bajunya.
Dia diam. Seperti
teringat sesuatu.
Dia berlari kearah
tasnya yang ada di atas kasur. Dia buka satu persatu kantong yang ada di ranselnya.
Kantong pertama, hanya ada buku sekolahnya. Kantong kedua, kosong. Kantong
ketiga, keempat, dan kelima, tidak ada juga.
Dia teringat sesuatu
lagi, kemudian merogoh lubang yang ada di tali tas sebelah kanannya. Jari
telunjuknya tidak masuk. Dia mencoba dengan jari kelingking.
Aha. Masuk. Dan benar
saja, didalamnya ada secarik kertas dari seorang perempuan berparas seperti
kelinci. Dia menyebutnya begitu.
Kemudian dengan tangan
gemetar dia coba buka secarik kertas yang keluar dari lubang ranselnya itu.
Pelan-pelan dia buka kertas itu sambil juga dia buka kedua matanya yang tadinya
terpejam.
Biar menegangkan
mungkin ya.
Kertas terbuka,
matanya juga. Kini isi dari secarik kertas itu terlihat jelas. Sebuah tulisan,
beberapa kalimat pendek. Dia baca pelan-pelan.
Semakin lama ia
mendekati akhir tulisan itu. Wajahnya berubah menjadi maram, dahinnya
mengkerut. Matanya memancarkan sinar kebingungan. Mulutnya hanya bisa
mengeluarkan udara “hah?”.
Dia lalu melipat
kertas itu. Berganti pakaian, memakai celana panjang dan jaket yang tergantung
di belakang pintu. Kertas itu dimasukan ke kantung celananya.
Dia berlari keluar
rumah. Menuju suatu tempat.
(tulisan diatas ditulis dengan random tanpa rencana, menggunakan 3 kata random yaitu : donat, hadiah, dan ransel)
Salam Crispy
#day2 #30dwcjilid16 #squad6
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Garing kan? Yuk, kata - katain si penjual krispi biar dia males nulis garing lagi. Silahkan isi di kolom komentar.