13 Des 2018

Remah Kata - Dimana

Pencarian rumah gadis pujaannya sudah berjalan dua jam sejak dia meninggalkan rumahnya sambil membawa secarik kertas yang diberikan gadis itu kemarin.

Isinya menegangkan sekali, ini soal hidup dan mati gadis itu, mungkin juga dirinya. Tapi satu hal yang ia lupa. Yang ia ketahui soal gadis itu hanya sebatas yang terlihat di sekolah saja. Warna sepatunya, warna tasnya, cara bicaranya. Tapi letak rumahnya, dia tidak tahu sama sekali.


Pikirannya kini bagai digenangi lumpur. Tidak jernih. Mulutnya sesekali menggerutu bersama kakinya yang terus melangkah. Gelisah, kepalanya kini menengadah ke langit yang kala itu hampir senja. Sebelum malam, dia harus sudah bertemu gadis itu. Atau jika tidak...

"Plak..!"

Ada yang menepuk pundaknya dari belakang. Itu teman sekelasnya. Seorang lelaki berkulit hitam dan berambut keriting.
Di kelas mereka tidak begitu akrab. Si keriting ini lebih sering berkumpul dengan anak-anak yang suka kabur di tengah pelajaran. Ke kantin, merokok di pinggir jalan, atau tak jarang malah langsung pulang. Tapi kini si keriting menyapanya seperti akrab. Ya, teman sekelas walau tidak dekat, tetap kenal kan pastinya?

Dirinya diam saja, padahal si keriting sudah menyapanya dengan ramah. Anak nakal tentu tidak selalu bertingkah kurang ajar atau tidak santun. Banyak anak remaja nakal karena hanya ingin tahu melakukan hal baru. Si keriting itu menyapanya lagi. Menanyakan apa yang dia lakukan di sekitar rumahnya.

Rumah? Ah dia jadi ingat sedang mencari sebuah rumah. Kesempatan, dia bertanya kepada si keriting dimana rumah gadis itu. Dengan terbata dia bertanya, canggung.

Titik cerah terlihat. Si keriting sepertinya tahu dimana rumah gadis itu. Dia bilang keluarga gadis itu sering dipanggil pemondok oleh orang-orang yang mengenalnya. Si keriting dulu pernah tinggal sebelahan dengan pondok gadis itu. Kalau si gadis belum pindah, maka pondok itu masih terletak di pinggir danau pinggir kota.

Tanpa pikir panjang. Dia tersenyum dan ucapkan terimakasih kepada si keriting dan langsung melanjutkan pencariannya. Lumpur di pikirannya seperti dibersihkan dengan aliran sungai deras. Kini ia menuju danau itu.

Melihat dia yang berlari semakin jauh dari pandangannya, si keriting tiba-tiba tersenyum kecil. Mata si keriting terus memandangi dirinya dari kejauhan.

Apa yang sebenarnya terjadi?

Apa mungkin karena seharusnya semua orang tahu kalau pergi ke daerah danau pinggir kota saat mendekati senja adalah hal terlarang?

(tulisan diatas ditulis dengan random tanpa rencana, menggunakan 3 kata random yaitu : Pencarian, lumpur, dan pemodok)

Salam Crispy

#day3 #30dwcjilid16 #squad6


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Garing kan? Yuk, kata - katain si penjual krispi biar dia males nulis garing lagi. Silahkan isi di kolom komentar.

Penikmat Crispy

Pemakan Crispy

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...