17 Des 2018

Remah Kata - Gara gara motor

Perjalanan mereka ke kota tua hari itu jadi batal ketika Zulfa meninggalkan dirinya sendirian di sebuah kafe. Tadinya mereka hendak kesana naik motor. Tapi semua buyar, ketika Andre memberitahukan hal yang sebenarnya pada Zulfa.

Mereka berkenalan di sosial media. Saling bertukar kalimat lewat percakapan daring. Jadi saja keterusan sampai minta nomor, dan percakapan berlanjut ke ponsel.

Sampai tiba saatnya mereka berjanji bertemu. Hari ini tepatnya. Janjian di dekat stadion GBK sedari pagi. Zulfa mengajak lari pagi terlebih dahulu. Andre mengiyakan, dia berlari bersama Zulfa pagi itu mengitari stadion GBK. Andre biasa lari, zulfa juga. Mereka dapat lima putaran bersama.

Sampai siang harinya, setelah mereka berganti baju, berjalan berkeliling daerah GBK dan menuju kafe dekat situ. 

Sampai di sebuah kafe dengan nuansa warna coklat, mereka masuk, melihat menu dan memesan makanan. Andre mulai membuka percakapan.

"Ternyata kita dulu satu SMP ya Zul? cuma gue udah lulus, lu baru masuk."

"Oh ya? Lu stalker juga ya."

"Yeh engga, kan keliatan kali di info profil."

"Gak bakal keliatan kalau elu belum klik. Ngaku aja deh." Zulfa tertawa kecil. Andre pun membalasnya.

"Haha iya deh, sedikit jadi stalker boleh laah."

Ada yang buat Andre heran, sedari tadi Zulfa melirik keluar, ke arah parkiran kafe terus.

"Oh iya, Dre. Lu parkir motor di kafe ini?"

Andre tak bersuara. Sedetik kemudian datang pelayan kafe membawakan minuman. Dua es teh manis diletakkan di atas meja. 

Ponsel Andre berbunyi.

"Zul, bentar ya."

Andre keluar ruangan kafe. Mengangkat telepon itu. Dari teman satu kosnya. Frengki.

"Lu dimana, Ki?"

"Sori, gue baru mau bilang nih. Gak bisa siang ini."

"Gimana gak bisa anjir, kan lu udah janji kalau siang ini, gue yang pakai?"

"Cewek gue juga ngajak jalan, Dre. Sori banget nih. Kalau besok gimana?"

"Besok? Ini gue lagi bareng cewek itu di kafe. Dia daritadi kayaknya nyariin motor sport yang gue pajang di foto profil."

"Siapa yang suruh lu pajang disitu? itu kan motor gue, Dre."

"Ah parah. Dasar lu, gak menepati janji!"

Percakapan di telepon itu berakhir. Andre pun masuk ke dalam kafe lagi, dan menuju mejanya. Disana makanan sudah siap terhidang. Aroma makanannya menari di hidung Andre tapi sama sekali tidak bikin dia nafsu makan. Yang dia lihat hanyalah Zulfa yang kini sedang bermain ponsel.

"Wah udah datang makanannya. Kok gak makan duluan?"

"Yakali, gak enak lah sama lu. Yaudah yok makan."

Mereka makan makanannya masing-masing. Zulfa memesan fettucini sedangkan Andre nasi goreng kambing.

Zulfa memakan makanannya dengan lahap, sedangkan Andre sesekali diam, melamun. Zulfa melihatnya dan menegur.

"Kenapa, Dre?"

"Gak apa Zul."

"Ah masa? kenapa ih?"

"Kalau ke kota tuanya naik transjakarta, gimana?"

Hening.

Zulfa terdiam, melepas garpu dari tangan kanannya. Menelan sisa makanan di mulutnya yang kini terasa, hambar.

"Gimana maksudnya?"

"Ya, naik kendaraan umum."

"Terus motor lu?"

"Gak ada. Itu. Hmm, lagi di pinjem temen."

Zulfa mengernyitkan dahinya.

"Ha? jadi lu gak bawa motor sport yang di foto profil lu itu?"

Andre menggeleng.

Tanpa berkata sedikit pun. Zulfa langsung mengelap mulutnya dengan tisu makan yang ada di meja. Dia bereskan tasnya yang ada di samping kursi. Lalu suara kursi yang ia geser terdengar kencang. Dia pergi meninggalkan Andre.

Sendirian.

(tulisan diatas ditulis dengan random tanpa rencana, menggunakan 3 kata random yaitu : Perjalanan, Stadion, dan Telepon)

Salam Crispy


#day8 #30dwcjilid16 #squad6

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Garing kan? Yuk, kata - katain si penjual krispi biar dia males nulis garing lagi. Silahkan isi di kolom komentar.

Penikmat Crispy

Pemakan Crispy

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...