Romi ketakutan, dia
bersembunyi disudut kamarnya. Sendirian. Kedua orang tuanya belum pulang sedari
pagi. Pergi keluar kota. Satu pesan ibunya sebelum pergi. Romi diminta untuk
menyirami tanaman di halaman belakang. Termasuk kaktus-kaktus peliharaan
ibunya.
Membangkang, Romi
lebih suka bermain konsol game di kamarnya. Betul saja, kaktus-kaktus itu jadi
marah dan menjelma menjadi monster besar. Memiliki kaki, mata, mulut, serta
tangan yang disertai duri-duri. Sudah sewajarnya kaktus berduri, tapi duri di
monster itu, lebih besar dari biasanya.
Romi melihat kerumunan
kaktus itu menuju kamarnya dari lubang di pintunya, ia langsung teriak
histeris, mengunci pintu kamarnya dan berlari ke sudut dinding kamarnya,
menjauh dari pintu.
Kini ia sedang
menangis. Sendirian.
Matanya melirik
selimut yang ada diatas ranjangnya. Selimut berwarna jingga. Yang cukup tebal
dan membuat badan hangat.
“Apa selimut ini bisa
melindungiku dari duri-duri kaktus itu?” katanya. Bicara sendiri.
Dia pun menyelimuti
selimut itu ke seluruh tubuhnya. Lalu dia bersiap, karena pintu kamarnya kini
sudah hampir rusak diterobos oleh monster-monster kaktus itu. Sudah makin reot
hingga, benar-benar terbuka semua.
“BRAK”
“GRAAOOOOHH!!”
teriakan dari monster kaktus itu.
“AAAARGGGGHH!!!” Romi
juga berteriak tidak kalah kencang. Kini ia berlari menuju kerumunan monster
kaktus itu. Tekadnya bulat. Dia percaya kalau selimut itu bisa melindunginya
dari duri-duri kaktus itu.
Flush. Larinya cepat.
Dan kini ia sampai
diluar kamarnya. Tanpa luka sedikit pun. Ia meraba seluruh tubuhnya, dari
tangan, kaki, kepala. Tidak ada yang terluka. Dia berhasil menerobos amukan
monster kaktus itu.
Tetapi.
Selimutnya kini
tersangkut di salah satu kaktus itu.
Dia berusaha mencari
selimutnya tersangkut di kaktus yang mana. Tapi belum selesai mencari, kerumunan kaktus
itu sudah berlari lagi ke arahnya. Dia pun berlari juga. Menuju luar rumah.
Hari ini mungkin menjadi
mimpi buruk bagi Romi. Hari minggu, ditinggal orang tua pergi keluar kota.
Ditambah lagi kejadian aneh, monster kaktus menyerang kamarnya. Padahal hari
ini adalah hari ulang tahunnya.
Sebelum ia tahu kalau di
depan kamarnya ada puluhan monster kaktus, awalnya ia kira suara geraman dan
gemuruh dari luar adalah orang tuanya dan kerabat-kerabatnya yang datang ke
kamar memberi kejutan.
Makanya, waktu awal ia
santai saja, sambil terus memainkan konsolnya. Tapi lama kelamaan suara itu
makin rusuh. Ia kesal karena terganggu dan ingin membuka pintu, karena curiga
ia mengintip sedikit dari lubang kecil di pintu. Dilihatnya lah monster
berwarna hijau, penuh duri dengan gigi taring, jumlahnya puluhan sedang
memberontak di depan kamarnya. Dia tidak lihat pasti kalau itu monster kaktus,
tapi karena bentuknya seram. Dia langsung histeris.
Malang sekali nasibnya
Romi tapi dia teringat satu hal. Bagaimana selimut itu bisa melindunginya dari duri
tajam monster kaktus. Apakah karena ia yakin? Apakah yakin saja cukup?
sepertinya iya.
Romi memperlambat
larinya. Makin lambat-makin lambat. Hingga berhenti.
Kini ia berbalik
badan.
Dia sudah sampai ujung
jalan gang rumahnya. Sepi. Aneh sekali pemukiman rumahnya sepi padahal biasanya
awal malam seperti ini masih ramai.
Dari kejauhan ia lihat
puluhan monster kaktus berlari menujunya. Tangannya mengepal keras. Dengan
kesal ia berkata.
“Kembalikan selimutku,
Aku ingin tidur saja. Ulang tahun hanyalah mitos untuk hari ini.”
Air matanya mengalir pelan.
(tulisan diatas ditulis dengan random tanpa rencana, menggunakan 3 kata random yaitu : Kaktus, Selimut, dan Ulang Tahun)
Salam Crispy
#day6 #30dwcjilid16 #squad6
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Garing kan? Yuk, kata - katain si penjual krispi biar dia males nulis garing lagi. Silahkan isi di kolom komentar.