“Lu bisa gak sih
makannya mode getar aja?” kata temannya, Said.
“Suara kunyahan lu
udah kayak gendang topeng monyet. Berisik. Ini bola lagi asik nih, skor lagi
sengit. Ganggu konsentrasi aja.”
“Yeh, lu ngiler ya?
nih ambil aja. Selow sih.”
“Dih gak, udah malem, kalau
makan, bisa tambah gemuk gue.”
Dia ketawa mendengar
ucapan teman satu kosnya itu.
“Cowok juga takut
gendut ya?”
“Gak takut, tapi gue
sadar harus hidup sehat.”
“Halah.”
Debat mereka berhenti
karena pertandingan bola di televisi sedang seru, tim jagoan mereka menyerang
dan sudah masuk ke kotak pinalti. Oper kiri, lalu kanan.
TENDANGAN LANGSUNG KE
GAWANG.
“YAAA….” mereka
berteriak kompak.
BLAAAP
Tiba-tiba gelap.
“Woy, apa nih?” kata
Said.
“Wooy, woooy..” Arbi
berteriak kencang. Keripiknya jatuh ke lantai, lepas dari pegangan tangannya.
Gelap ini bukan karena
mati lampu. Tapi karena ada yang mengarungi muka mereka dengan kantong hitam.
Mereka disekap dari belakang oleh dua orang yang diam-diam masuk ke dalam kosnya.
Arbi dan Said tidak bisa melawan, dua orang itu kuat sekali, tangan mereka
berdua diikat, dan dibawa masuk ke dalam mobil. Mobil bak tertutup yang sudah
ada di depan gang kos mereka.
Di dalam mobil mereka
masih meronta-ronta tapi tidak berefek apa-apa. Mereka hanya bisa begitu sampai
tiba pintu dibuka. Mereka dibawa ke sebuah ruangan besar. Sekapan wajah mereka
dibuka, tapi tangan mereka masih terikat. Mereka dimasukan ke dalam ruangan 3x3
meter, di dalam ruangan itu sudah ada tiga orang sebelumnya. Said berteriak
menggedor dinding ruangan.
“Toloong, woy, ini
tempat apaan?”
Hening. Arbi masih
shock, kebingungan, melihat kanan dan kiri ruangan, melihat tiga orang yang
menghampiri mereka. Salah satu dari mereka berkata.
“Kau baru saja sampai
di tempat perdagangan anak kos.”
“Ha?” Said mengernyitkan
dahinya
“Aku Romli. Dua orang
disana namanya Hendra, yang pakai topi.”
Hendra dari kejauhan
melambaikan tangan sambil tersenyum.
“Kalau yang di sebelahnya,
yang keningnya lebar, namanya Jabar.”
Jabar memberikan dua
jari lambing “peace” seperti ucapan selamat datang untuk Arbi dan Said.
Said menghela nafas.
Merebahkan tubuhnya di lantai ruangan yang terdapat debu disana sini. Sedang Arbi
masih berdiri, bengong.
“Akhirnya kalian
datang juga.” kata Romli.
“Jika kalian sudah
datang, maka lengkaplah jumlah kita lima orang.”
“Lalu kenapa?” tanya Said.
“Kita sudah bisa
berubah menjadi tikus.”
“Tikus?”
“Sebelum tersisa kami
bertiga, seminggu yang lalu kami berempat, tapi satu teman kami, Rinto, sudah
dibawa entah kemana oleh orang-orang kampret itu. Sebelum ia pergi dari ruangan
ini, kami berencana berubah menjadi tikus dengan baca mantra yang Rinto dapat
dari mimpinya, dan keluar dari ruangan ini lewat ventilasi. Harus lima orang
sekali baca mantra, tidak boleh kurang atau lebih. Tapi belum sempat orang
kelima datang, Rinto sudah pergi.”
“Tikus? Jadi tikus?”
kini Arbi mulai membuka suara.
“Hey, gempal. Ya, kita
akan berubah jadi tikus dan keluar dari sini. Ayo, keluarkan mantranya, Hen!”
Hendra mendekat sambil
membawa secarik kertas.
“Nah, ayo kita membuat
lingkaran.”
“ENGGA. Kalian udah
gila ya. Udah terlalu lama ya disekap disini.” Said menolak mengikuti instruksi
Romli
“Udah, Id. Ikutin aja.”
Arbi berkata pasrah.
“Hufft. gila lu, Bi, gila
lu semua.” Said berteriak.
“Kayaknya yang gila,
elu deh, teriak-teriak.”
Akhirnya Said juga
pasrah, dan mengikuti instruksi untuk membuat lingkaran. Sekarang mereka saling
berpegangan tangan. Mulut Romli mulai komat kamit.
“Ikuti setelah gue ya.
Yamase yamaseya.”
Mereka mengikuti dengan
lancar, kecuali Said yang mulutnya mengikuti tapi paras wajahnya cemberut,
menolak.
“Duljayeduljayepa.”
“Rugobiarugogoya”
Satu mantra terakhir
dan mereka akan berubah menjadi tikus.
“Goljayagolsa…” belum
selesai membaca kalimat itu, pintu ruangan terbuka. Anggota sindikat
perdagangan anak kos membawa seseorang anak kos baru.
Lima orang di dalam
ruangan yang sedang membuat lingkaran itu langsung melepaskan pegangan tangan
mereka satu sama lain. Mereka memandang orang baru yang dibawa petugas
berpakaian hitam.
“MASUK” bentak petugas
itu kepada anak baru.
Anak baru itu
tersungkur. Tepat di depan Romli.
Kini mereka jadi gundah,
terutama Romli yang percaya sekali mantra itu bisa mengeluarkan dirinya dari
ruangan ini dengan cara menjadi tikus. Sekarang jumlah orang dalam ruangan itu
ada enam.
Dan orang baru itu.
Seorang perempuan.
Seorang perempuan.
(tulisan diatas ditulis dengan random tanpa rencana, menggunakan 3 kata random yaitu : Keripik, Perdagangan, dan Tikus)
Salam Crispy
#day5 #30dwcjilid16 #squad6
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Garing kan? Yuk, kata - katain si penjual krispi biar dia males nulis garing lagi. Silahkan isi di kolom komentar.