14 Des 2018

Remah Kata - Lima

Mulut Arbi masih mengunyah keripik, terus menerus hingga satu jam tadi. Sambil nonton televisi, suara kunyahannya nyaring sekali sampai mengganggu teman satu kosnya yang juga menonton di sebelahnya.


“Lu bisa gak sih makannya mode getar aja?” kata temannya, Said.

“Maksudnya?”
“Suara kunyahan lu udah kayak gendang topeng monyet. Berisik. Ini bola lagi asik nih, skor lagi sengit. Ganggu konsentrasi aja.”

“Yeh, lu ngiler ya? nih ambil aja. Selow sih.”

“Dih gak, udah malem, kalau makan, bisa tambah gemuk gue.”

Dia ketawa mendengar ucapan teman satu kosnya itu.

“Cowok juga takut gendut ya?”

“Gak takut, tapi gue sadar harus hidup sehat.”

“Halah.”

Debat mereka berhenti karena pertandingan bola di televisi sedang seru, tim jagoan mereka menyerang dan sudah masuk ke kotak pinalti. Oper kiri, lalu kanan.

TENDANGAN LANGSUNG KE GAWANG.

“YAAA….” mereka berteriak kompak.

BLAAAP

Tiba-tiba gelap.

“Woy, apa nih?” kata Said.

“Wooy, woooy..” Arbi berteriak kencang. Keripiknya jatuh ke lantai, lepas dari pegangan tangannya.
Gelap ini bukan karena mati lampu. Tapi karena ada yang mengarungi muka mereka dengan kantong hitam. Mereka disekap dari belakang oleh dua orang yang diam-diam masuk ke dalam kosnya. Arbi dan Said tidak bisa melawan, dua orang itu kuat sekali, tangan mereka berdua diikat, dan dibawa masuk ke dalam mobil. Mobil bak tertutup yang sudah ada di depan gang kos mereka.

Di dalam mobil mereka masih meronta-ronta tapi tidak berefek apa-apa. Mereka hanya bisa begitu sampai tiba pintu dibuka. Mereka dibawa ke sebuah ruangan besar. Sekapan wajah mereka dibuka, tapi tangan mereka masih terikat. Mereka dimasukan ke dalam ruangan 3x3 meter, di dalam ruangan itu sudah ada tiga orang sebelumnya. Said berteriak menggedor dinding ruangan.

“Toloong, woy, ini tempat apaan?”

Hening. Arbi masih shock, kebingungan, melihat kanan dan kiri ruangan, melihat tiga orang yang menghampiri mereka. Salah satu dari mereka berkata.

“Kau baru saja sampai di tempat perdagangan anak kos.”

“Ha?” Said mengernyitkan dahinya

“Aku Romli. Dua orang disana namanya Hendra, yang pakai topi.”

Hendra dari kejauhan melambaikan tangan sambil tersenyum.

“Kalau yang di sebelahnya, yang keningnya lebar, namanya Jabar.”

Jabar memberikan dua jari lambing “peace” seperti ucapan selamat datang untuk Arbi dan Said.

Said menghela nafas. Merebahkan tubuhnya di lantai ruangan yang terdapat debu disana sini. Sedang Arbi masih berdiri, bengong.

“Akhirnya kalian datang juga.” kata Romli.

“Jika kalian sudah datang, maka lengkaplah jumlah kita lima orang.”

“Lalu kenapa?” tanya Said.

“Kita sudah bisa berubah menjadi tikus.”

“Tikus?”

“Sebelum tersisa kami bertiga, seminggu yang lalu kami berempat, tapi satu teman kami, Rinto, sudah dibawa entah kemana oleh orang-orang kampret itu. Sebelum ia pergi dari ruangan ini, kami berencana berubah menjadi tikus dengan baca mantra yang Rinto dapat dari mimpinya, dan keluar dari ruangan ini lewat ventilasi. Harus lima orang sekali baca mantra, tidak boleh kurang atau lebih. Tapi belum sempat orang kelima datang, Rinto sudah pergi.”

“Tikus? Jadi tikus?” kini Arbi mulai membuka suara.

“Hey, gempal. Ya, kita akan berubah jadi tikus dan keluar dari sini. Ayo, keluarkan mantranya, Hen!”
Hendra mendekat sambil membawa secarik kertas.

“Nah, ayo kita membuat lingkaran.”

“ENGGA. Kalian udah gila ya. Udah terlalu lama ya disekap disini.” Said menolak mengikuti instruksi Romli

“Udah, Id. Ikutin aja.” Arbi berkata pasrah.

“Hufft. gila lu, Bi, gila lu semua.” Said berteriak.

“Kayaknya yang gila, elu deh, teriak-teriak.”

Akhirnya Said juga pasrah, dan mengikuti instruksi untuk membuat lingkaran. Sekarang mereka saling berpegangan tangan. Mulut Romli mulai komat kamit.

“Ikuti setelah gue ya. Yamase yamaseya.”

Mereka mengikuti dengan lancar, kecuali Said yang mulutnya mengikuti tapi paras wajahnya cemberut, menolak.

“Duljayeduljayepa.”

“Rugobiarugogoya”

Satu mantra terakhir dan mereka akan berubah menjadi tikus.

“Goljayagolsa…” belum selesai membaca kalimat itu, pintu ruangan terbuka. Anggota sindikat perdagangan anak kos membawa seseorang anak kos baru.

Lima orang di dalam ruangan yang sedang membuat lingkaran itu langsung melepaskan pegangan tangan mereka satu sama lain. Mereka memandang orang baru yang dibawa petugas berpakaian hitam.

“MASUK” bentak petugas itu kepada anak baru.

Anak baru itu tersungkur. Tepat di depan Romli.

Kini mereka jadi gundah, terutama Romli yang percaya sekali mantra itu bisa mengeluarkan dirinya dari ruangan ini dengan cara menjadi tikus. Sekarang jumlah orang dalam ruangan itu ada enam.

Dan orang baru itu.

Seorang perempuan.


(tulisan diatas ditulis dengan random tanpa rencana, menggunakan 3 kata random yaitu : Keripik, Perdagangan, dan Tikus)

Salam Crispy


#day5 #30dwcjilid16 #squad6

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Garing kan? Yuk, kata - katain si penjual krispi biar dia males nulis garing lagi. Silahkan isi di kolom komentar.

Penikmat Crispy

Pemakan Crispy

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...