Hari ini telah genap gue tidak menulis selama dua hari. Kemarin lusa gue
tidak menulis karena gue habis nonton film dan pulangnya malam sekali.
Sedangkan kemarin gue tidak menulis karena lelah, baru sampai rumah sekitar jam
sebelas malam. Ya, gue memang penulis malas.
Tapi tidak apa, hari ini gue bayar semuanya. Gue tulis tiga tulisan hari
ini. Bentar gue pemanasan jari dulu. Di kompor.
Ini adalah tulisan kemarin lusa.
Gue habis menonton film Keluarga Cemara. Film yang diangkat dari novel
dan serial yang dulu booming banget
di tahun 2000an. Gue kalau ngomongin keluarga cemara ini inget banget waktu gue
masih SD di Jakarta. Sekitar kelas 1 atau 2 gitu.
Waktu itu gue nonton serial Keluarga Cemara di RCTI. Terus gue lihat
karakter Ara. Disitu gue bilang.
“Ma, kok dia cowok tapi suaranya kayak cewek?”
“Dia itu Cewek”
“Lah tapi kok rambutnya pendek?”
Begitulah gue dahulu, yang menyangka kalau perempuan rambutnya harus
panjang.
Menurut gue cerita Keluarga Cemara ini cukup syahdu ya. Premis dan plotnya
rapi dan enak dinikmati. Jelas saja, kalau film ini skenarionya ditulis oleh
Mba Gina S Noer, istri dari mas Salman Aristo, dan ceritanya di kembangkan oleh
wahana kreator. Jadilah cerita yang mantap.
Film ini menjabarkan argumen ceritanya bahwa susah dan senang, keluarga
adalah tempat kembali yang baik. Keluarga adalah tempat dimana setiap orang di
dalamnya saling menyokong dan mendukung. Tapi gue sadar sih, tidak semua
keluarga seperti itu. Keluarga di film ini adalah sebuah idealisme keluarga
yang seharusnya.
Asik, sok banget gue bahas cerita dan argument cerita. Padahal salah
satu mayoritas niat gue nonton film ini adalah gue pengen lihat Zara JKT48.
Hahaha.
Gue bukan wota sih. Tapi gue terkadang mengikuti satu dari sekian banyak
anggota JKT48. Gue pernah follow Haruka.
Terus udah, gue unfollow lagi. Pernah
Nabillah. Lalu Yupi. Sekarang Zara. Gue lihat Zara ini lucu juga dan kenapa ya,
setiap anggota JKT48 selalu punya gingsul? apa ini sebuah standar kompetensi?
Zara aktingnya jago juga dan lucu. Lalu gue jadi kaget setelah tahu
kalau dia kelahiran tahun 2003 yang berarti seumuran dengan adek gue yang
paling kecil. Beda 8 tahun dari gue. Gilak.
Film Keluarga Cemara ini sukses membuat banyak orang yang satu studio
sama gue waktu itu menangis. Gue dengar suara sesenggukan mereka. Tapi tidak
dengan gue. Gue emang jarang menangis kalau nonton film. Kecuali kesedihan
filmnya karena kematian. Itu udah sih, formula yang pas buat bikin gue nangis.
Seperti anime Ano Hana, KimiUso, atau yang terbaru kemarin I want eat your pancreas.
Salah satu yang buat gue gak nangis adalah pemeran abah yaitu Ringgo.
Gue udah banyak nonton film komedinya Ringgo. Sehingga waktu dia acting serius
dan marah di film ini, kurang nancep gitu. Gue jadi kayak bilang “Apaan sih
Nggo.” Haha
Ya, begitulah pengalaman gue menonton film Keluarga Cemara.
Terimakasih.
Salam Crispy.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Garing kan? Yuk, kata - katain si penjual krispi biar dia males nulis garing lagi. Silahkan isi di kolom komentar.