Gue suka fotografi. Gue beberapa kali dijadikan panitia
PUBDEKDOK di sekolahan. PUBDEKDOK.. Bukan poop the dog (ee’ guguk). PUBDEKDOK
adalah kependekan dari Publikasi,Dekorasi,dan Dokumentasi. Jadi gue harus
mempublikasi,Mendekorasi,dan
Mendokumentasikan suatu acara. Maka dari itu gue sering berurusan dengan Photoshop dan Kamera SLR. Tapi walaupun udah agak ngerti dengan photoshop,gue gak pernah berniat buat buka jasa edit foto alay atau “Penggantengan” foto. Untuk kamera SLR,gue gak pernah pakai punya sendiri. Selain gak mau cepet rusak,gue juga gak punya SLR (loh tadi katanya takut rusak? -_-) . Jadi,gue selalu pakai SLR teman. Dan selalu susah untuk mencari pinjeman. Alasannya ada aja. Ya dipake lah. Ya rusaklah. Gue mengerti sih alat itu bukan alat yang murah. Gue juga mengerti kalau tidak mudah untuk meminjamkan alat itu. Tapi ya jujur aja kalau gak mau minjemin. Jangan bilang rusak,tapi beberapa saat kemudian gue liat dia lagi moto-moto pake SLRnya dengan gaya 53 derajat lintang timur. Akhirnya karena terkadang ada teman yang mau meminjamkan dan kadang ada yang tidak. Gue jadi sering memakai SLR dengan berbagai merek. Kadang nikon,Canon, dan Sony. Semua keren,canggih,dan harganya bisa buat beli sepuluh kilo jepitan rambut. Tapi juga ada temen gue yang “loyal” banget. Dia sampe lupa kalo SLRnya masih di gue padahal udah dua bulan. Itu antara baik atau dia memang sangat kaya. Tiap SLR hanya untuk sekali foto. Setelah itu akan dia jadikan pengganjal pintu kamara mandi. Keren.
Mendokumentasikan suatu acara. Maka dari itu gue sering berurusan dengan Photoshop dan Kamera SLR. Tapi walaupun udah agak ngerti dengan photoshop,gue gak pernah berniat buat buka jasa edit foto alay atau “Penggantengan” foto. Untuk kamera SLR,gue gak pernah pakai punya sendiri. Selain gak mau cepet rusak,gue juga gak punya SLR (loh tadi katanya takut rusak? -_-) . Jadi,gue selalu pakai SLR teman. Dan selalu susah untuk mencari pinjeman. Alasannya ada aja. Ya dipake lah. Ya rusaklah. Gue mengerti sih alat itu bukan alat yang murah. Gue juga mengerti kalau tidak mudah untuk meminjamkan alat itu. Tapi ya jujur aja kalau gak mau minjemin. Jangan bilang rusak,tapi beberapa saat kemudian gue liat dia lagi moto-moto pake SLRnya dengan gaya 53 derajat lintang timur. Akhirnya karena terkadang ada teman yang mau meminjamkan dan kadang ada yang tidak. Gue jadi sering memakai SLR dengan berbagai merek. Kadang nikon,Canon, dan Sony. Semua keren,canggih,dan harganya bisa buat beli sepuluh kilo jepitan rambut. Tapi juga ada temen gue yang “loyal” banget. Dia sampe lupa kalo SLRnya masih di gue padahal udah dua bulan. Itu antara baik atau dia memang sangat kaya. Tiap SLR hanya untuk sekali foto. Setelah itu akan dia jadikan pengganjal pintu kamara mandi. Keren.
Di postingan kali
ini gue nyoba foto daerah deket rumah gue. Tapi bukan pake SLR,soalnya gue gak
sempet minjem SLR temen gue. Mungkin kalau gue pinjem dia akan bilang :
“lagi gue
pake buat PKL”.
“Loh,kok lo PKL pake kamera?” .
“Iya gue PKL di lab rontgen”.
“Oh
gitu”.
Akhirnya gue nekat foto pake kamera hape gue yang kualitas fotonya
payah. Kalau ngerekam video juga tambah payah. Kalau bikin film pake kamera
hape gue, mungkin penonton filmnya akan buta di sepuluh menit pertama menonton.
Tapi gue usahain foto. Foto ini gue ambil hari ini. Waktu pulang PKL. Waktu
habis hujan. Gue bela-belain buat ngambil gambarnya. Gue foto dengan susah
payah (dengan kamera hape sih sebenernya). Ini dia :
Situ Cilodong. Fotografer : Farhan Yuzevan , Kamera : Dua Koma Nol Mega Piksel |
Ini adalah “Situ
Cilodong”. Terletak di Cilodong tentunya. Di kecamatan Cibinong dan Kabupaten
Bogor. Cukup dekat dengan rumah gue. Cuma berjarak kira-kira lima badan Brontosaurus.
Gue waktu itu habis pulang PKL dan kebetulan lewat situ. Jadi,gue sempetin aja
foto.
Indahnya.. |
Pertama kali gue
tahu Situ Cilodong gue kira itu adalah sebuah kalimat tanya. Seperti “Situ
Cilodong? Yakin? Yakin situ Cilodong?” (Oke garing). Tapi ternyata Situ ini mempunyai
pemandangan yang indah. Gue sering naik sepeda kesini bersama temen-temen gue
dulu pas SD. Waktu itu pemandangannya masih murni alami. Banyak pohon kelapa
yang ditumbuhi disana. Oleh karena itu banyak yang jual es kelapa juga di
sekitarnya. Mungkin kalau disana banyak tumbuh pohon uang. Gak akan ada yang
jualan es kelapa. Karena sudah pada kaya. Sekarang pemandangannya sudah agak
berbeda. Karena di sebrang situ sudah dibangun permukiman warga. Entah apa yang
ada di pikiran developernya. Dia sama saja merusak pemandangan dan mengurangi
daerah resapan air. Mungkin kalau tambah banyak orang yang mendirikan perumahan
dan mengurangi daerah resapan air di Cilodong. Cilodong akan hampir sama dengan
Jakarta. Tiba-tiba di sekitar rumah gue entar Banjir. Tiba-tiba di sekitar
rumah gue jadi panas. Tiba-tiba di sekitar rumah gue ada monas dan Dufan dan
pemimpin daerah gue jadi Jokowi. (Loh? Ini banyak yang bikin perumahan atau
emang gue pindah ke Jakarta?).
Sebrangnya ada pemukiman warga yang katanya "Lake Side" (Pinggir Situ) |
Situ Cilodong
juga agak berbeda sekarang. Dulu di sekelilingnya masih kosong. Sekarang sudah
banyak arena bermain anak-anak. Tadi saat gue foto. Di sebelah kanan gue ada
wahana bermain kereta keliling. Gue hampir ingin naik wahana itu tapi gue inget
umur dan menghentikan hasrat gue. Gue pun bergumam dalam hati “Wih keren juga
sekarang ada wahana bermainnya”. Gue berpikiran mungkin beberapa tahun lagi
akan ada Halilintar atau Cinema 4 Dimensi.
Apabila malam
minggu gue selalu menjauhi tempat ini. Tempat ini seperti tempat yang paling
gak boleh gue liat sebagai orang yang solo player (baca : Jomblo). Tempat ini
sering dikelilingi orang pacaran bila malam minggu. Sekeliling situ penuh
dengan orang duduk-duduk sambil merangkul dan ... ah yasudahlah. Gue yang
melewati tempat itu saat malam minggu kadang iseng berteriak “ASIK DEH BERJAMAAH “. Yang gue heran pengunjung tiap malam minggu selalu pas membuat
sekeliling situ itu penuh. Apa memang sudah diperhitungan keliling situ dengan
jumlah pasangan yang datang? Atau emang yang gak kebagian duduk mereka pulang
lagi? Karena gak mungkin mereka duduk diatas daun teratai. Dan untuk sekedar
info,suhu Situ Cilodong saat malam minggu meningkat sampai 40 derajat celcius.
Karena alasan yang mungkin sama-sama kita tahu.
Masih bersih bro.. |
Keadaan Situ
Cilodong masih dapat dikategorikan bersih. Gak sekotor sungai Ciliwung. Gue
pernah denger kalau sungai Ciliwung sudah diistilahkan sebagai “Tempat Sampah
Raksasa”. Tapi anehnya,gue gak pernah ngeliat raksasa buang sampah disitu. Sungai
Ciliwung udah parah banget. Karena gue PKL di pengolahan air. Gue pernah survey
ke tempat intake atau pengambilan
airnya. Ke sungai Ciliwung tentunya. Parah abis, sampah sudah bagai hiasan
disana. Mungkin bukan sampah yang dibawa air. Tapi sudah air yang dibawa
sampah. Tragis.
Itulah Situ
Cilodong yang ada di dekat rumah gue. Menjadi tempat yang lumayan dibanggakan
di Cilodong. Karena menjadi penghapus penat dan menjadi tempat rekreasi yang
gratis apabila isi dompet tinggal KTP dan Kartu bebas penjara monopoly. Sebagai
warga Cilodong. Gue bangga punya Situ Cilodong.
Itu di deket
rumah gue. Kalau di sekitar rumah lu ada apa? *nadanantang*
bagus kok, tapi kurang garing gak kaya biasanya hehe
BalasHapusOke bu haji.. Nanti gorengnya lebih lama lagi deh biar garing.. hehe
Hapus